Misteri Villa Berdarah

Melihat keadaan ibunya yang begitu sempoyongan seperti itu, Aryo segera saja memberanikan diri untuk membukakan pintu rumah. Nampak ayahnya di depan pintu tengah melotot marah kepadanya, dan sebelum Aryo sempat menjauhkan diri darinya, ayahnya telah merenggut rambut kepalanya dan kemudian membantingnya dengan kasar ke lantai.

“Kenapa lama sekali membukakan pintu...???” geram ayahnya dengan suara penuh kejengkelan.

Aryo mengaduh kesakitan dengan penuh ketakutan. Ia memegangi kepalanya yang berdarah, namun ayahnya sepertinya belum puas menyaksikan penderitaan anaknya. Direnggutnya sekali lagi kepala Aryo untuk kembali dibantingnya ke lantai.

Ibunya yang menyaksikan itu segera saja mendekati mereka dengan langkah sempoyongan karena tubuhnya yang lemah, dan dengan sisa-sisa tenaganya yang rapuh, ibunya mencoba menarik Aryo dari tangan ayahnya. Aryo meronta-ronta ketakutan dan dia berhasil terlepas dari cengkeraman ayahnya, namun kini ayahnya berbalik dan merenggut leher ibunya. Dan sebelum Aryo sempat bernapas dengan teratur setelah kepanikan dan ketakutannya tadi, ia melihat tubuh ibunya melayang dilemparkan oleh ayahnya dengan kasar. Tubuh yang lemah itu pun menghantam tembok rumah, dan kepala ibunya membentur dinding dengan sangat keras.

Dan setelah itu, ibunya tak pernah bergerak lagi.

Dengan tangis ketakutan, Aryo mencoba mendekati tubuh ibunya yang terkulai di lantai, memanggil-manggilnya dengan lirih, dengan air mata yang runtuh di wajahnya, sementara ayahnya berdiri mematung memandangi mereka.

Dan ketika ayahnya seperti mulai menyadari bahwa wanita itu telah meninggal, Aryo merasakan dirinya kembali direnggut oleh tangan ayahnya. Dengan sangat ketakutan dan kepanikan yang luar biasa, Aryo kemudian mendengar suara ayahnya yang lirih penuh ancaman.

“Jangan pernah sekalipun menceritakan apa yang terjadi malam ini,” ancam ayahnya dengan bengis. “Kalau kamu mencoba buka mulut pada siapapun, aku akan membunuhmu juga!”

Aryo tak mampu menjawab. Seluruh ketakutan dan kepanikan yang berkumpul dalam otaknya telah membuat bibirnya membeku tanpa bisa digerakkan lagi. Ia hanya bisa menangis dengan ketakutan dan dalam diam. Dan semenjak itulah ia tak pernah bisa lagi berbicara dengan lancar. Ketakutan dan kepanikan yang amat besar itu telah menciptakan shock yang luar biasa besar dalam dirinya, dan Aryo pun mulai menjadi gagap setiap kali berbicara.

Lalu besoknya kabar kematian ibunya mulai diketahui oleh para tetangganya, dan ayahnya dengan sikap yang wajar mengabarkan kalau istrinya yang tengah sakit itu terjatuh tanpa sengaja saat akan mengambil sesuatu. Beberapa tetangga yang tahu tabiat ayah Aryo sepertinya tidak mempercayai pengakuan itu, namun ketika mereka mencoba menanyakannya pada Aryo, bocah lelaki kecil itu pun mematuhi ancaman ayahnya. Dengan suara tergagap, dia menceritakan tepat sama seperti yang diceritakan oleh ayahnya. Memang sempat timbul kecurigaan menyangkut kematian ibu Aryo, namun pada akhirnya masalah itu pun terkubur dengan sendirinya, seiring dengan jasad ibu Aryo yang semakin lama terkubur di dalam tanah.

Semenjak itu, ayah Aryo mulai jarang pulang ke rumah. Aryo tak pernah tahu dimana ayahnya berada jika tak pulang ke rumah, dan Aryo pun sama sekali tak ingin tahu. Ia bahkan lebih senang jika ayahnya tak pulang. Dan setiap kali ayahnya pulang ke rumah, satu-satunya hal yang selalu dan selalu diulang oleh ayahnya adalah peringatan akan ancamannya, “Jangan pernah sekalipun menceritakan kejadian malam itu. Kalau kamu mencoba menceritakannya pada satu orang pun, aku pasti tahu, dan aku pasti akan membunuhmu!”

Dan Aryo tak punya niat untuk terbunuh.

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (13)