Aan Diniyati (40), warga Desa Kertabesuki, Wanasari, Brebes, harus mendorong kursi roda sejauh 10 kilometer demi mengantar suami ke rumah sakit, dua kali sepekan. Tak jarang, Aan rela menembus hujan deras demi mengantar suami berobat.

Suami Aan Diniyati divonis gagal ginjal sejak 5 tahun silam. Sejak itulah, Nurohman (56), suami Aan, rutin menjalani cuci darah di RS Bhakti Asih. Cuci darah ini dilakukan rutin dua kali dalam satu pekan. Setiap kali cuci darah, Aan mengantar sendiri suaminya itu dengan berjalan kaki dorong kursi roda.

Apapun cuacanya, kala tiba waktu cuci darah, Aan harus mengantarnya. Bahkan saat musim hujan pun, wanita satu anak ini tetap mendorong kursi roda suami untuk berobat.

"Hujan tetap kalau memang sudah waktunya cuci darah. Pakai mantel plastik (jas hujan) biar tidak basah," ungkap Aan.

Sejauh ini, Aan masih sanggup untuk mengantar suami dari rumah ke rumah sakit pulang pergi. Padahal, jarak antara rumah dan rumah sakit lumayan jauh, yakni 5 km. Sehingga setiap berobat, Aan total berjalan sejauh 10 kilometer,

"Selama saya masih sehat, Insyaallah bisa terus mengantar suami berobat," tandasnya.

Aan mengaku, terpaksa jalan kaki dorong kursi roda 10 km pulang pergi karena tidak memiliki biaya sewa ambulans. Terlebih dalam satu minggu harus dua kali bolak balik ke rumah sakit, tentu akan memerlukan banyak biaya.

"Alasannya karena tidak ada ongkos buat bayar sewa ambulans. Kan harus beli bensin sama bayar sopir. Jadi jalan kaki saja sambil dorong suami ke Rumah Sakit Bhakti Asih," kata Aan.