Pakar bisnis Rhenald Kasali menilai tak ada hubungan antara PHK dan resesi ekonomi global. Dia menyayangkan pernyataan sejumlah pihak yang gegabah menyebarluaskan ketakutan, seakan-akan resesi sudah di depan mata. 

“Ancaman resesi global yang terus didengungkan, kalau dipercaya, bisa menimbulkan resesi sungguhan. Eksekutif yang kurang piawai bisa gegabah melakukan pemotongan besar-besaran, dan nanti bisa sebaliknya: menimbulkan distrust dan penurunan kinerja,” tuturnya melalui pernyataan resmi. 

Narasi resesi tersebut, lanjut Rhenald, coba diperkuat dengan fakta PHK ribuan pekerja tekstil, garmen dan alas kaki berorientasi ekspor di Jawa Barat. Demikian juga dengan PHK GoTo terhadap 1.300 orang atau sekitar 12% karyawannya. Padahal, saat ini tak ada resesi yang membuat kinerja perusahaan-perusahaan terpukul. 

Dia memberi contoh PHK GoTo yang terjadi bukan karena terpukul resesi. Pada akhir kuartal II-2022, mereka telah melakukan penghematan struktural senilai Rp 800 miliar. Pendiri Rumah Perubahan ini mengingatkan bahwa resesi adalah fenomena alami, yang ditandai dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Ia bukan aib atau akhir dari segalanya. 

“Ia merupakan bagian alami pergerakan ekonomi, yang bersifat dinamis. Kadang perekonomian itu naik, kadang turun. Yang penting, saat turun lakukan langkah-langkah preskriptif secara disiplin. Lagi pula kalaupun resesi, dunia tak akan resesi selamanya,” tuturnya. 

Rhenald menilai PHK malah bisa memburuk dan terjadi lebih cepat jika narasi ketakutan terus menyebar. “Kalau masyarakat kadung percaya dan ketakutan, maka pengusaha akan melakukan deep cut (memotong anggaran, menutup usaha, menghentikan investasi-ekspansi-atau-berpromosi, melakukan penghematan, PHK, mengurangi stok, bahkan malas melakukan apa-apa),” ujarnya.