Misteri Villa Berdarah

“Kamu masih keberatan kalau kita bermalam tahun baru di villanya Ricky?” tanya Jefry dengan suara yang diusahakan selembut mungkin agar Renata tidak ngamuk lagi seperti tadi malam.

“Sejujurnya aku masih bingung, Jef.” Renata menatap kekasihnya. “Aku ingin menikmati malam tahun baru sama kamu, tapi...tidak tahu, aku merasa agak...agak khawatir kalau kita ke villa itu...”

“Ren,” sela Jefry. “Kamu belum pernah melihat villa milik Ricky itu, kan?”

Renata menggeleng.

“Aku juga belum pernah,” sambung Jefry. “Tapi menurut cerita Ricky, villa miliknya itu ada di kawasan yang begitu tenang, sejuk dan hening. Di sana juga tak pernah terjadi apa-apa yang perlu dikhawatirkan.”

Renata masih diam.

“Katakan padaku, apa yang masih kamu khawatirkan?” bujuk Jefry.

“Aku hanya merasa risau, Jef,” sahut Renata pelan. “Aku merasa perasaanku tidak enak terus setiap kali teringat villa itu.”

Jefry mencoba tersenyum. “Ren, coba pikirkan ini. Kamu belum pernah melihat villa itu. Tapi kamu merasa perasaanmu tidak enak setiap kali teringat villa itu. Kira-kira, logiskah itu?”

“Aku tahu!” kata Renata dengan jengkel, tapi dengan suara lirih. “Aku tahu kalau itu tidak masuk akal, tapi...”

“Karena kamu masih merasa dibayang-bayangi?” tanya Jefry nampak serius meski dalam hatinya merasa kesal dengan pacarnya yang masih juga dikuasai oleh perasaannya sendiri.

Renata menggeleng.

“Nah, jadi apa lagi yang masih kamu risaukan?” Jefry menatap mata Renata. “Kita tidak sendirian. Ada teman-teman yang lain. Ricky juga mengajak Nirina, dan mungkin Heru akan mengajak Cheryl...”

“Cheryl...?” Renata seperti terkejut mendengar Cheryl akan ikut serta dalam acara itu.

Jefry tersenyum. “Ya, Heru saat ini sedang lengket dengan Cheryl dan kemarin dia mengatakan kalau dia akan mengajak Cheryl ikut serta ke villa milik Ricky.”

“Cheryl yang tunangannya Rino itu?”

“Memangnya Cheryl sudah bertunangan?” tanya Jefry agak terkejut.

“Cheryl yang semester lima itu, kan?” Renata seperti ingin memastikan.

Jefry mengangguk.

“Dia sudah bertunangan dengan Rino,” ulang Renata. “Cheryl kan tinggal satu komplek denganku, dan aku tahu pasti kalau dia sudah bertunangan dengan Rino...”

“Tidak heran,” kata Jefry akhirnya sambil tersenyum, “Heru selalu punya cara untuk menundukkan cewek incarannya. Gila juga, sekarang mangsanya sudah bertunangan!”

Obrolan menyangkut Cheryl itu sepertinya jadi membuat Renata terlupa pada topik pembicaraan mereka semula menyangkut acara malam tahun baru itu. Sekarang Renata dan Jefry malah asyik membicarakan sepak terjang Heru, kawan mereka, yang sudah terkenal sebagai playboy kelas satu di kampus mereka. Jefry hanya mengikuti arus obrolan itu sambil berharap Renata bisa mengubah pendiriannya semula setelah tahu kalau akan ada cewek-cewek lain selain dirinya yang akan ikut bermalam tahun baru di villa milik Ricky itu.

Obrolan mereka terhenti ketika akhirnya dosen yang akan mengajar di kelas Renata datang, dan Renata pun segera bergegas masuk ke dalam kelasnya. Jefry tersenyum dengan cukup puas. Sekarang Renata sepertinya sudah mulai berubah pikiran. Diliriknya jam tangannya. Mata kuliah di kelasnya baru akan masuk setengah jam lagi. Dia ingin merokok, tapi dia baru menyadari kalau rokoknya tertinggal dalam mobil. Maka Jefry pun kemudian melangkah santai menuju tempat parkir mobilnya.

***

Jam kuliah Heru hari itu mulai masuk pada pukul sepuluh pagi, makanya Heru pun baru sampai di kampusnya sekitar pukul setengah sepuluh. Dia baru saja turun dari mobilnya sendirian ketika seseorang yang lain nampak keluar dari dalam sebuah mobil BMW warna hitam yang diparkir tak jauh dari tempat mobilnya. Heru tahu siapa pengendara mobil itu, dan sekarang dia bersiap-siap menyongsong kehadirannya yang sepertinya sengaja menunggunya di tempat parkir ini.

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (29)