Puasa

Merintih lapar mendera diri
Raga terkulai bersama sebutir iman
Kerongkongan tercekik haus
Rindukan setitik air
Namun iman mencoba tahan
Kubiarkan perutku meronta kelaparan
Kutahan kerongkongan menggelepar kehausan

Terlintas bayang jelata di kolong jembatan
Mereka haus
Mereka lapar
Bukan dari jam ke jam
Mereka rasakan kelaparan tanpa ada harap
Maghrib bukan yang dinanti
Mereka lapar tanpa berbuka
Sementara aku masih menanti malam

Terdengar rintih mereka lemah
Di antara puasa keabadian
Aku rasakan

Apakah aku tak bisa menahan lapar
Dalam hari tanpa malam?
Tak maukah kucoba renungi mereka dalam lapar tanpa batas?
Tidakkah kucoba merasa tentang haus
Dalam cekikan di kerongkongan?
Siang ini aku lapar
Malam nanti ku bisa makan
Jelata itu siang berlapar
Malam masih mencari makan
Belum ketemu
Entah dimana makanan mereka
Mungkin dilalap orang-orang buta

Seolah tuli, manusia tak dengar rintihnya
Bagaikan buta, manusia tak lihat puasanya

Lapar puasa ini, lapar sesaat
Buat perenungan tentang mereka
Jelata di kolong jembatan meronta
Sang papa di kering trotoar merana
Sementara sebentar lagi ku berbuka