Merahnya Merah, Birunya Biru

Bila kau mampu merasakan
Pedihnya luka di antara sembilu
Jemari kaku, kaki beronak duri
Tak mampu menangis
Tak mampu menjerit

Wajah legam di hantam kenyataan
Selalu bertanya, berteriak
Mengapa aku yang jadi korban
Mengapa aku yang disingkirkan
Kenapa tidak mereka?
Kenapa tidak semuanya?

Memerah langit sengatkan bara
Di terik mentari yang hanguskan
Aku berjalan meniti hari
menanti senja
Dan bila itu usai
maka esok telah menanti
Dalam rutinitas yang tanpa tangga
Tiada melodi
Mengambang tak tentu arah
Tiada batas, tak juga bawah
Gamang mengawang
Kaki tak berpijak di tanah
Karena mata menatap di awang-awang

Birunya malam bertabur bintang
Tapi bintang selipkan duri
Menusuk dinding kebencian
Api amarah yang menjilat
Berkobar bersama dendam
yang tak mampu dikendalikan

Merahnya merah, birunya biru
Menghantam dibuai ragu
Remukkan akal di keras batu
Menyakitkan...!