Irama Tanpa Nada

Jika menatap mentari
Ternyata membakar kulit
Jika menatap cermin
Bayangannya mampu mengusik
Jika menatap kehidupan
Berkali-kali harus menelan ludah pahit

Ah,
Begini kotorkah kehidupan?
Begini najiskah kehidupan?
Begini naifkah kehidupan?
(Kehidupan macam apa?)
Kehidupan yang absurd
Kehidupan yang semrawut

Norma dijungkirbalikkan
Adat diperkosa kehidupan
Agama dipaksa ikuti logika
Yang kotor menjadi indah
Yang hitam menjadi putih
Yang gelap menjadi terang

Tak ada lagi norma kesusilaan
Tak ada lagi falsafah kehidupan

Orang-orang semrawut dalam lalu-lalang
Mulut-mulut berebut tuntut hak
Tanpa mau tahu kewajiban
Orang-orang tua hanya bisa mengelus dada
Saksikan anaknya porak-poranda
Lingkungan rusak
Interaksi sosial macet
Yang buru-buru yang harus buntu

Kehancuran makin dekat
Azab mengintai di balik mentari
Coba...cobalah renungi
Coba...cobalah pikirkan

Di sini...
Aku pun sendiri coba renungi
Kehidupan ini menjadi hampa tanpa arti
Ketika hati sepi
Dalam sunyi dalam sendiri

Kusaksikan kehidupan ini jadi hampa
Tak ada keseimbangan jiwa dan raga
Semuanya berjalan tanpa aturan
Semua bergerak tanpa arah
Kemana saja asal terbuka
Berbunyi apa saja asal bersuara

Aku menangis dalam meratapi hidup
Aku meronta dalam ketidakpastian

Aku merintih dalam kegalauan
Kerisauan yang teramat sangat

Hancur lebur dalam hampa
Kemana mencari pijakan
Kemana mencari landasan
Tak ada yang tahu
Tak ada yang mengerti
Aku berlari sendirian
Dalam terang, dalam kegelapan

Kutulis berbait-bait puisi
Tapi puisi tanpa birama
Kugali makna nurani
Tapi hati kosong tanpa suara
Kukorek kejujuran sendiri
Tapi jiwa pergi entah kemana
Kucoba mainkan lagu dan bernyanyi
Tapi irama tanpa nada-nada

Semrawut...!
Absurd...!