Percaya Suara Keledai

Nasruddin memiliki tetangga-tetangga yang baik, namun ada salah satu di antara tetangganya itu yang memiliki kebiasaan buruk. Si tetangga ini paling suka meminjam barang-barang milik orang lain dan kemudian lupa mengembalikannya. Orang-orang di kampung Nasruddin tinggal pun sudah hafal dengan kebiasaan buruk si tetangga yang satu itu, begitu pula dengan Nasruddin.

Suatu pagi, Nasruddin mendengar pintu rumahnya diketuk. Ketika dibuka, Nasruddin melihat tetangganya yang tidak beres itu tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Nasruddin pun segera tahu apa yang akan terjadi, dan perkiraannya memang benar.

“Nasruddin,” kata tetangga itu, “pagi ini aku harus mengangkut barang-barangku ke rumah saudara yang di kota. Kebetulan aku tidak punya keledai. Jadi, bisakah aku meminjam keledaimu? Nanti sore akan kukembalikan setelah keperluanku selesai.”

Nasruddin tahu apa yang bakal terjadi kalau dia meminjamkan keledainya. Maka dia pun menjawab, “Uh, maaf, keledaiku sedang tidak ada. Tentu aku akan senang meminjamkannya, tetapi sekarang ini sedang tidak ada.”

Si tetangga nampak tidak percaya. “Apa iya? Sepertinya tadi malam aku lihat keledai itu ada di belakang rumahmu. Kalau begitu, kemana dia pergi sekarang?”

“Pagi-pagi tadi saudaraku membawanya ke kota,” jawab Nasruddin. Namun tepat pada saat itu terdengar pula suara ringkik keledai di belakang rumah.

“Nah, ternyata kau bohong, Nasruddin!” Tetangga itu menjadi marah karena merasa dipermainkan. “Jelas keledaimu ada di rumah, itu suaranya terdengar! Seharusnya kau malu pada dirimu sendiri!”

Nasruddin segera saja berteriak, “Seharusnya kau yang malu, bukan aku! Kau lebih percaya kepada apa yang diucapkan keledai dibanding pada apa yang diucapkan seorang lelaki yang telah berjenggot. Keterlaluan…!”