Nasib Memang Adil

Pagi menjelang siang hari itu, ketika Nasruddin telah pergi dari rumah, istri Nasruddin mencuci baju milik suaminya dan menggantungkannya di tali jemuran belakang rumah. Ketika sore tiba, istri Nasruddin lupa untuk mengambil jemuran pakaiannya itu.

Malam harinya, ketika sampai di rumah kembali, Nasruddin langsung tidur karena sudah lelah. Namun ketika tengah malam tiba, Nasruddin terbangun dari tidurnya karena mendengar suara mencurigakan di halaman belakang rumah. Ketika dicoba diintipnya, Nasruddin menyaksikan seseorang yang tengah berdiri di tengah-tengah halaman rumahnya. Dia yakin itu pasti sosok seorang pencuri.

Karena yakin yang dihadapinya itu orang yang berniat jahat, Nasruddin pun segera mengambil bedil tua miliknya, mengisi pelurunya, kemudian mengendap-endap ke belakang rumah. Beberapa saat kemudian, suara tembakan terdengar dan Nasruddin bersorak gembira.

Istri Nasruddin yang mendengar suara tembakan itu segera terbangun dan menanyakan ada apa. Nasruddin segera menjelaskan, “Tadi ada pencuri di halaman belakang kita. Maka aku segera mengambil bedil dan kutembak pencuri itu. Tak usah khawatir, dia sudah mati sekarang. Sebaiknya kita tidur, biar besok kita angkat mayatnya.”

Besok paginya, Nasruddin dan istrinya bangun pagi-pagi, namun mereka tidak melihat sesosok mayat pun di halaman belakang rumah mereka. Juga tidak ada ceceran darah. Yang mereka lihat hanyalah sebuah baju yang tergeletak di tanah.

“Uh, coba lihat,” kata Nasruddin pada istrinya, “nasib ternyata memang benar-benar adil! Kalau saja tubuhku yang berada di dalam baju itu, pasti saat ini kau telah menjadi janda.”