
Kasus kanker tenggorokan merebak di Amerika Serikat dan Inggris, disebut oleh pakar sebagai akibat dari aktivitas seks oral. Khususnya, seks oral yang dilakukan dengan bergonta-ganti pasangan.
"Selama dua dekade terakhir, telah terjadi peningkatan pesat dalam kanker tenggorokan di Barat, sampai-sampai beberapa orang menyebutnya sebagai epidemi," ungkap Profesor di Institute of Cancer and Genomic Sciences di University of Birmingham, Hisham Mehanna, dikutip dari The Independent.
Lebih lanjut ia menjelaskan, orang bergonta-ganti pasangan seks oral memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker tenggorokan, dibandingkan mereka yang tidak.
"HPV ditularkan secara seksual. Untuk kanker orofaringeal, faktor risiko utamanya adalah jumlah pasangan seksual seumur hidup, terutama seks oral," jelas Mehanna.
"Mereka yang memiliki enam atau lebih pasangan seks oral seumur hidup 8,5 kali lebih mungkin mengembangkan kanker orofaring daripada mereka yang tidak melakukan seks oral," imbuhnya.
Kenapa Seks Oral Bisa Bikin Kanker?
Menurut Mehanna, kasus kanker tenggorokan yang merebak di AS dan Inggris kini berkaitan dengan penularan human papillomavirus (HPV). Virus ini adalah juga pemicu kanker serviks pada wanita.
HPV adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang paling umum, mempengaruhi sekitar 42 juta orang Amerika. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mencatat, hampir semua pria dan wanita yang aktif secara seksual pernah memiliki virus tersebut selama hidup.
Umumnya, virus ini tidak berbahaya dan bisa bersih tanpa komplikasi. Namun pada beberapa kasus, virus ini dapat menyebabkan kanker serviks atau orofaringeal.
"Namun, sejumlah kecil orang tidak dapat menghilangkan infeksi, mungkin karena cacat pada aspek tertentu dari sistem kekebalan mereka," ujar Mehanna.
"Pada pasien tersebut, virus dapat bereplikasi terus menerus, dan seiring waktu berintegrasi pada posisi acak ke dalam DNA inang, beberapa di antaranya dapat menyebabkan sel inang menjadi kanker," pungkasnya.