Ada banyak faktor risiko yang memengaruhi terjadinya ”stunting” selain kurangnya asupan makanan bergizi seimbang. Untuk itu, pencegahan ”stunting” perlu dilakukan lebih komprehensif.

Di depan teras rumah yang penuh dengan baju-baju bergelantungan, Bilqis duduk di pangkuan Nurlaelah (39), ibunya. Jemuran yang berjejer itu membuat udara di depan rumah Nurlaelah terasa pengap.

Sepintas, memang tidak ada yang aneh dengan kondisi Bilqis. Namun, di usianya yang baru menginjak 2 tahun 5 bulan itu, berat badan Bilqis hanya 8,1 kilogram dengan tinggi badan 76,2 sentimeter.

Untuk ukuran anak seusianya, pertumbuhan Bilqis terhitung lambat atau berada di zona kuning stunting (tengkes). Idealnya, berat badan dan tinggi badan anak perempuan seusia Bilqis antara 11,5 kilogram sampai 14 kilogram dan tinggi 80 sentimeter sampai 101,7 sentimeter.

”Kadang-kadang makan, kadang-kadang tidak. Soalnya ia (Bilqis) susah makan. Apalagi, ia alergi telur sehingga saya kasih makan mi, bubur bayi, tahu-tempe, sama kadang pisang,” kata Nurlaelah saat ditemui di kediamannya di Desa Cibarusahjaya, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Saat mengandung Bilqis, Nurlaelah tidak pernah memeriksakan kandungannya ke bidan ataupun ke rumah sakit. Nurlaelah juga hampir tidak pernah mengonsumsi makanan berprotein hewani, dan hanya dua kali mengonsumsi susu khusus ibu hamil lantaran alergi.

Menurut Nurlaelah, Balqis lahir dalam kondisi normal. Namun, ia tidak pernah membawanya mengikuti penimbangan rutin di posyandu. Ketika ada posyandu baru, barulah Nurlaelah membawa Bilqis ke posyandu. Sebelumnya, hanya tersedia dua posyandu untuk melayani sekitar 600 keluarga di wilayah tersebut sehingga posyandu baru pun dibangun di RT 004/RW 008 Kampung Gandaria.

”Baru Bilqis ini yang dibawa ke posyandu, anak-anak yang lain tidak. Itu pun karena ada posyandu baru di wilayah sini, tepat di depan rumah Nurlaelah. Setelah dibawa ke posyandu, berat badan Bilqis terus naik,” kata Maya, kader kesehatan Kampung Gandaria, Desa Cibarusahjaya.

Dari catatan timbangan di posyandu, Bilqis tercatat memiliki berat badan 7,3 kilogram dan tinggi badan 7,2 sentimeter pada Agustus 2022.

Bilqis adalah anak ke-10 dari total 11 anak pasangan Nurlaelah dan Asnawi (49). Dari 11 anak tersebut, tiga di antaranya telah meninggal. Salah satunya, yakni adik Bilqis, meninggal sekitar 40 hari lalu, saat usianya belum genap satu tahun.

Jumlah anak yang terus bertambah itu sempat menjadi perhatian warga sekitar. Tak pelak, kader kesehatan setempat pun turut mengingatkan Nurlaelah agar ia mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

”Sebenarnya, saya ingin mengikuti program KB. Namun, sejak awal menikah, bapak saya tidak memperbolehkannya karena dianggap pamali. Kata bapak saya, jangan KB dan jangan disuntik,” ujar Nurlaelah.

Nasihat itulah yang selama ini terus dipegang teguh Nurlaelah. Bahkan, tidak ada satu pun anaknya yang diimunisasi lengkap meski kader kesehatan setempat terus mengajak Nurlaelah ke posyandu untuk imunisasi anak.

Pernikahan antara Nurlaelah dan Asnawi berlangsung saat perempuan asal Sukabumi, Jawa Barat, itu berusia 15 tahun. Ia yang hanya lulusan sekolah dasar itu dijodohkan oleh ayahnya dengan Asnawi yang telah berusia 25 tahun.

Kini, Nurlaelah dan Asnawi bersyukur karena pernikahan mereka dikaruniai banyak anak. ”Dalam pernikahan itu, kan, tujuannya berketurunan. Jadi, kami syukuri, artinya banyak anak banyak rezeki. Alhamdulillah, kebutuhan kami selama ini tercukupi,” ucap Asnawi.

Selama lebih dari dua dekade, Nurlaelah dan Asnawi tinggal di rumah berdinding kayu seluas 20 meter x 7 meter yang memiliki dua kamar dan satu ruang keluarga.

Di rumah itu, pasangan tersebut kini tinggal bersama tujuh anaknya karena satu anak mereka tengah menempuh pendidikan pesantren di luar kota. Untuk kebutuhan makan sekeluarga, setidaknya mereka membutuhkan biaya Rp 150.000 per hari.

”Kadang masak, kadang beli lauk. Kalau lagi enggak ada uang, paling anak-anak makan seadanya. Mereka makan nasi sama kerupuk atau mi,” tutur Nurlaelah.

Baca lanjutannya: Balada Keluarga dengan Sebelas Anak (Bagian 2)