Sunat dengan variasi model jengger ayam sempat ngehits beberapa masa yang silam. Seiring berjalannya waktu, tren tersebut makin ditinggalkan.

Model sunat jengger ayam pada masanya ngehits bersama model-model alternatif yang lain seperti sunat model bunga matahari. Teknisnya, sunat dibuat dengan menyisakan bekas luka dengan pola tertentu mirip jengger ayam misalnya.

Harapannya, variasi bentuk tersebut dapat memberikan kepuasan ekstra saat berhubungan seks dengan pasangan.

Masihkah tren itu bertahan sampai sekarang? Menurut Ketua Umum Asosiasi Dokter Khitan Indonesia (ASDOKI) dr Darsono, model jengger ayam dan variasi lainnya belakangan sudah mulai ditinggalkan.

"(Model) 'jengger ayam' itu masa trendingnya mungkin di zaman 'old'," ujar Darsono ditemui di Berani Sunat Center (BSC), Serpong Utara, Tangerang Selatan.

Justru banyak pria dengan sunat model ayam datang ke dokter khitan untuk minta 'revisi' karena merasa insecure dengan model sunatnya. Umumnya, permintaan revisi datang dari pria yang sudah menikah.

"Setelah mereka (pasien) beranjak dewasa, (kemudian) menikah. Itu rata-rata mereka perbaiki (potongan 'jengger ayam')," kata dr Darsono.

Menurut dr Darsono, tren sunat saat ini bergeser ke bentuk yang rapi dan estetis.

Dokter urologi dari RS St Carolus Salemba dr JC Prihadi, SpU menjelaskan, sunat model jengger ayam dan berbagai variasi lain dibuat dengan menyisakan bekas luka yang sengaja dibentuk tidak rapi. Bekas luka tersebut akan membentuk model atau pola tertentu sesuai keinginan.

"Untuk bunga mawar, jahitan bisa dibuat dengan pola lebih kuat di titik tertentu dan longgar di lokasi lain," kata dokter urologi dr Prihadi.

"Sementara untuk jengger ayam, jahitan dibuat normal melingkar namun lebih tebal di ujung bawah sehingga seperti ada yang menonjol," lanjutnya.

Meski tidak memiliki risiko yang serius selama dikerjakan dengan benar, umumnya dokter tidak menyarankan variasi bentuk sunat semacam itu. Pasalnya, jika ada masalah dalam proses penyembuhan, bentuk yang tidak rapi akan membuatnya sulit terdeteksi.

"Yang lebih penting, bentuk tersebut tidak memperbaiki kesehatan atau punya efek positif lainnya. Dengan ini akan lebih baik menggunakan prosedur jahit dan bekas luka yang sudah menjadi standar," tegas dr Prihadi.