Banyak yang mengira bisnis rongsokan sekadar mengumpulkan barang bekas. Tapi siapa sangka, dari barang-barang bekas itu para pelaku bisnis rongsokan bisa memutar uang hingga puluhan juta dalam sehari. Inilah yang disebut ladang intan di tengah tumpukan sampah.

AT, seorang pebisnis barang rongsokan, membongkar kalau perputaran uang di bisnisnya berjumlah fantastis. Tak bisa dipandang sebelah mata.

"Kalau dalam sehari bisa Rp 20 juta hingga Rp 80 juta. Itu kalau ramai, kalau sepi ya sekitar Rp 10 juta sampai 50 juta," kata Haji AT, salah satu bos rongsokan di Demak, Surabaya.

Selain mengumpulkan barang bekas dari para pemulung dan tukang rombeng, ia juga kerap menerima potongan tembaga, aluminium, kuningan hingga besi dari Kalimantan juga Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam sepekan ia bisa membeli dan menjual tembaga dan kuningan 4 hingga 6 ton.

"Yang dari luar pulau juga ada, dari Banjarmasin dan NTT. Semua pengepul ada dari beberapa pulau. Kami juga kadang jual ke sana. Sekarang lebih mudah, tinggal foto, barang kirim, transfer," kata AT.

Selain menjual keluar pulau, AT melanjutkan, ia juga menjual tembaga, aluminium, hingga besi tua ke perajin. Untuk besi dan plastik biasanya ia menjual ke pabrik untuk dilakukan daur ulang bijih plastik.

"Ya kalau jualnya ke perajin. Kalau besi dan plastik saya jualnya ke pabrik," kata AT.

Dari semua itu, AT berpesan agar selalu menyisihkan sebagian uang untuk bersedekah dan beramal. AT meyakini jika bersedakah tidak akan mengurangi harta yang dimilikinya, dan menjaga keselamatan diri hingga keluarganya.

"Yang membuat saya seperti ini itu, menyisihkan sebagian harta untuk sedekah dan ibadah. Saya yakin bahwa sedekahmu tidak akan mengurangi hartamu, kata-kata guru saya itu yang saya terapkan hingga saat ini. Janji Tuhan tidak akan pernah bohong," tutur AT.