Mengintip Gemerlap Industri Judi Dunia

ZonaKamu - Judi adalah bisnis yang gemerlap, karena melibatkan uang dalam jumlah luar biasa besar. Meski sekilas mungkin tampak seperti sekadar permainan, tapi judi sebenarnya industri atau bisnis yang sangat keras dan serius. Semakin besar uang yang dipertaruhkan, umumnya yang terlibat dalam permainan itu pun bukan orang-orang sembarangan.

Las Vegas, misalnya, sudah lama dikenal sebagai surga judi bagi para pengadu keberuntungan di seluruh dunia. Di Las Vegas, para penjudi bermain di gedung-gedung gemerlap, dengan pakaian-pakaian mahal, menginap di hotel-hotel berbintang, dan bermain judi dengan taruhan uang yang jumlahnya luar biasa besar.

Para penyelenggara bisnis perjudian pun sengaja memanjakan para penjudi dengan aneka fasilitas yang mewah. Selama bertahun-tahun, bisnis judi tak pernah surut, karena terus mendapatkan para pemain yang cenderung bertambah. Namun, bisnis tersebut tampak mulai cenderung turun atau mengalami masa surut, khususnya akhir-akhir ini.

Pada 2014, misalnya, Trump Plaza Casino mengalami kebangkrutan. Sebelumnya, tempat itu menjadi arena bermain judi yang terkenal. Gedung Trump Plaza Casino juga merupakan saksi mata kejayaan bisnis kasino di Atlantic City, New Jersey pada era 1980-an. Tetapi, seperti yang disebut tadi, sekarang sudah bangkrut dan tutup.

Selain Atlantic City, pusat kasino lain seperti Las Vegas Strip juga mengalami hal serupa. Laporan-laporan mengenai penurunan pendapatan mewarnai bisnis operator kasino dalam beberapa waktu terakhir.

Forbes menulis, pada 2007 merupakan masa puncak bisnis kasino di Las Vegas Strip dengan pendapatan 6,83 miliar dolar AS. Sayangnya, berselang dua tahun kemudian, pendapatan kasino turun menjadi 5,55 miliar dolar AS.

Total perputaran uang bisnis judi di seluruh dunia mencapai 450 miliar dolar. Namun, angkanya untuk bisnis kasino cenderung turun.

Banyak hal yang melatarbelakangi penurunan bisnis kasino di AS, mulai dari melambatnya ekonomi global termasuk di AS, regulasi yang ketat dari beberapa negara, juga berkembangnya judi daring. Hadirnya surga-surga judi baru di belahan dunia lainnya, khususnya di Asia, membuat kompetisi bisnis ini semakin ketat.

Sejak 2008, Asia berubah menjadi salah satu tempat perjudian favorit baru di dunia. Beberapa kasino baru nan mewah dan megah bermunculan, beberapa di antaranya ada di Macau, Cina.

Selang beberapa tahun kemudian, pusat kasino juga muncul di Singapura pada 2010. Kemunculan pusat-pusat kasino baru ini tentu saja langsung mengubah peta persaingan bisnis kasino dunia. Pamor tempat judi Las Vegas dan Atlantic City memudar.

Dalam sebuah studi PricewaterhouseCoopers (PwC), peta persebaran pasar perjudian dunia telah menunjukkan pergeseran. Pada 2010 pasar kasino dunia masih digenggam oleh AS dengan pangsa pasar hingga 48,9 persen. Berselang lima tahun setelahnya, pasar AS menyusut jadi 40,1 persen.

Sedangkan di Asia Pasifik justru sebaliknya. Pada 2010 pangsa pasarnya hanya 29,2 persen, lalu meloncat jadi 43,4 persen dalam lima tahun. Pasar terbesar perjudian dunia memang terbanyak di AS dan Asia Pasifik yang mendominasi hingga 83,5 persen, selebihnya di Amerika Latin 3,1 persen, Kanada 3,4 persen, dan Eropa-Timur Tengah-Afrika totalnya 10 persen.

PwC sempat mencatat pertumbuhan bisnis kasino di dunia selama 2006-2010 tak pernah melampaui dua digit. Namun, konsultan bisnis global ini memperkirakan selama periode 2011-2015 bisnis kasino dunia tetap tumbuh positif, termasuk di Asia Pasifik yang menjadi “raja baru” di bisnis ini.

Sepanjang periode itu, bisnis kasino global diperkirakan tumbuh 6,9 persen sampai 12,6 persen. Namun itu hanya sebatas estimasi, kenyataannya bisnis kasino mengalami kelesuan.

Selain Macau yang mulai mengalami kemunduran dalam bisnis judi, kartu keberuntungan juga belum memihak di bisnis judi kasino Singapura. Tahun lalu, Singapura yang memiliki dua kasino terintegrasi di Sentosa Island, hanya meraup pendapatan 4,8 miliar dolar AS atau turun 10 persen dari 2014.

Faktor kebijakan Cina yang ketat terhadap korupsi juga mempengaruhi kasino di Negeri Singa tersebut. Hal serupa juga terjadi di Filipina. Media philstar.com menulis saham-saham perusahaan kasino di Filipina anjlok hingga 35 persen tahun lalu. Sektor ini satu-satunya yang mengalami penurunan harga saham di bursa Filipina.

Di tengah kondisi bisnis kasino yang sedang lesu. Beberapa negara di dunia mulai mewacanakan untuk memperlonggar regulasi legalisasi perjudian. Tujuannya tak lain untuk menarik pajak dari bisnis tersebut.

Media casinonewsdaily.com menulis beberapa negara bagian seperti Georgia di AS sedang mempertimbangkan legalisasi kasino, dengan harapan bisa mengambil pajak 12-35 persen dari pendapatan judi atau sekitar 280 juta dolar per tahun.

Dana pajak itu, rencananya 90 persen akan digunakan untuk sektor pendidikan. Tapi gagasan ini masih menjadi pro dan kontra antara pemerintah lokal dengan legislatif setempat.

Hal yang sama juga terjadi dengan Jepang dan Brasil, kedua negara itu juga sedang menjajaki undang-undang legalisasi kasino. Yang paling pesat perkembangannya adalah Brasil. Bila tak ada aral melintang, tahun ini legalisasi kasino bakal bergulir di Negeri Samba setelah 70 tahun.

Di Jepang, legalisasi kasino sudah dibahas sejak 2002 tapi belum ada keputusan. Ada gagasan bisnis kasino bisa dibuka sebelum Tokyo Summer Olympics pada 2020.

Kondisi ekonomi dan regulasi di berbagai negara memang berkontribusi pada perkembangan bisnis kasino dunia. Bisnis judi, seperti karakternya yang sulit ditebak, penuh dengan spekulasi.