Latar Belakang Jepang Melegalkan Film Porno

ZonaKamu - Sudah menjadi pengetahuan bersama, kalau Jepang termasuk negara yang melegalkan industri pornografi, termasuk film porno, majalah porno, dan lain-lain yang terkait, semisal alat bantu seks (sex toy) yang bermacam-macam jenisnya.

Sebagai negara yang masuk wilayah Asia, Jepang memang bisa dibilang “aneh”, mengingat mayoritas negara lain di Asia masih menganggap seks dan ketelanjangan sebagai hal tabu. Mengapa Jepang tampak lebih “terbuka”, sehingga melegalkan industri pornografi?

Kenyataannya, ketelanjangan dan seks memang bukan hal tabu bagi Jepang. Sejak zaman dahulu, Jepang bahkan telah identik dengan urusan seks dan ketelanjangan. Sebegitu lekat budaya Jepang dengan hal itu, sampai-sampai banyak perempuan di sana yang merasa malu jika masih perawan pada usia 20 tahun.

Jadi, ketika perempuan Jepang menikah di atas usia 20 tahun, mereka akan malu ketika suaminya mengetahui dirinya masih perawan, karena menunjukkan kalau si perempuan bisa dibilang “ketinggalan zaman”.

Ilustrasi itu bisa menjadi gambaran bagaimana mayoritas orang Jepang menatap seks. Meski dalam kehidupan sehari-hari mereka bersikap ramah dan sopan—sebagaimana umumnya orang Asia—namun, bagaimana pun, mereka memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu kebudayaan tersebut ada dalam urusan seks. Karenanya pula, seks dan ketelanjangan di Jepang bisa dibilang bukan hal aneh, melainkan sesuatu yang wajar.

Di Tokyo, Jepang, ada sebuah kuil terkenal. Pada kuil tersebut ada gerbang merah yang menjadi simbol sakral bagi penduduk di sana. Alasannya, di balik gerbang itu adalah tempat bagi perempuan Jepang yang ingin melepas keperawanannya.

Sementara itu, di daerah Kawasaki, Jepang, ada sebuah festival berbentuk perayaan yang dilakukan dengan mengangkat sebuah patung berbentuk penis. Jadi, saat festival tersebut, warga di sana akan berpawai dan mengangkat patung penis raksasa. Seiring dengan itu, mereka juga memajang meriam berentuk penis, dan banyak pedagang di sana yang menjual aneka aksesoris berbentuk penis.

Itu hanya sedikit ilustrasi yang menggambarkan kedekatan Jepang dengan seks dan ketelanjangan. Karenanya tidak mengherankan jika negara itu juga melegalkan industri pornografi, yang di dalamnya terdapat film porno. Bagi mereka, itu hal “biasa”. Sejak era 1970-an, Jepang sudah melegalkan industri pornografi, hingga kini negara itu menjadi salah satu produsen film porno terbesar di dunia.

Lebih dari itu, pemerintah Jepang juga mendapat keuntungan dari legalitas film porno di negaranya, karena industri itu memberi pemasukan yang besar bagi negara.

Jika diilustrasikan, mungkin film porno atau JAV di Jepang tidak jauh beda dengan film Indonesia berisi adegan ciuman. Batas toleransi orang Indonesia bisa dibilang hanya pada ciuman. Orang Indonesia tidak mempermasalahkan jika ada film yang mempertontonkan adegan ciuman di dalamnya, karena dianggap hal “biasa”.

Nah, bagi Jepang, hal yang “biasa” itu sudah melampaui ciuman, karena sudah sampai pada ketelanjangan dan hubungan seks dalam film. Karenanya, mereka pun tidak mempermasalahkan hal itu, dan menganggapnya biasa.

Lain ladang lain belalang, kata pepatah. Tampaknya, lain negara juga lain budaya.