Ini Kronologi Demo Berujung Ricuh di Depan Gedung KPK

ZonaKamu - Sekelompok massa yang tergabung dalam Himpunan Aktivis Milenial Indonesia serta Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan NKRI menggelar aksi demonstrasi yang berujung bentrok dengan aparat kepolisian di depan Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat (13/9).

Mulanya, aksi itu berjalan damai, diawali dengan orasi, meski dilengkapi pembakaran ban dan karangan bunga.

Mereka meminta agar DPR melakukan revisi UU KPK. Selain itu, Massa juga meminta agar Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang, dan Wadah Pegawai (WP) menarik pernyataannya terkait adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Irjen Firli Bahuri.

"Saut Situmorang dan WP KPK menarik kembali pernyataan Firli soal melanggar kode etik berat," kata Koordinator aksi di Depan Gedung KPK, Jakarta, Jumat (13/9).

Massa juga memaksa Saut Situmorang dan WP KPK meminta maaf kepada Firli Bahuri, terkait pernyataan soal pelanggaran kode etik. Mereka juga meminta internal lembaga antirasuah untuk melakukan evaluasi internal.

"Kami meminta pimpinan mencopot Saut Situmorang, atau segera mundur sebagai pimpinan KPK," ujar koordinator aksi.

Kericuhan dimulai, saat massa mencoba masuk ke dalam Gedung KPK dengan tujuan untuk bertemu pimpinan KPK. Massa juga ingin masuk untuk mencopot kain hitam di logo KPK. Namun, hal itu dihalangi oleh aparat kepolisian.

"Kami meminta untuk bertemu dengan Pimpinan KPK, dan akan mencopot kain hitam di logo KPK," kata salah seorang orator aksi di atas mobil komando.

Sebelum kericuhan pecah, perwakilan aparat kepolisian sempat melakukan negosiasi dengan perwakilan pegawai KPK. Pegawai KPK pun bersikeras menolak kain hitam dicopot. Setelah negosiasi itu, tiba-tiba satu orang masuk ke dalam gedung, dan berhasil mencopot kain hitam tersebut. Bentrokan pun dimulai.

Polisi dan pegawai KPK ikut mengamankan satu orang. Massa yang tak terima dengan hal itu pun langsung bereaksi. Massa terus bertahan di depan Gedung KPK. Tak berselang lama, massa terus berusaha untuk masuk dengan tujuan bertemu pimpinan KPK dan mencopot kain hitam.

Namun, upaya itu kembali gagal. Kericuhan kembali terjadi. Kali ini, massa melakukan perlawanan dengan melemparkan batu dan bambu ke dalam Gedung KPK.

Bantah biang kerusuhan

Terpisah, Koordinator Himpunan Aktivis Milenial Indonesia, Asip Irama, menyebut kericuhan tak terhindarkan karena pihaknya telah lebih dulu meminta secara baik-baik ke KPK untuk menurunkan kain hitam yang menutupi logo KPK.

"Sebagai lembaga pemerintah yang dibiayai oleh rakyat, Wadah Pegawai KPK tidak berhak 'mensabotase' KPK dengan menutupi atribut lembaga rakyat tersebut," ujar Asip dalam keterangan tertulis.

Pihaknya mengklaim telah meminta berulang-ulang kepada perwakilan KPK. Menurutnya, protes ini mesti tersalurkan secara baik-baik melalui komunikasi antarmuka. Namun seruan itu tak didengar.

"Karena itu, massa mulai merengsek ke depan, terjadi aksi adang-adangan dengan pihak kepolisian. Suasana aksi terpantau makin memanas," ujar dia.

Pihaknya juga membantah ada upaya penyusupan oleh anggota kelompoknya yang mencopot kain hitam logo KPK.

"Kami menyesalkan praktik premanisme yang dilakukan oleh beberapa oknum KPK kepada massa aksi, terutama 10 orang yang hendak mencopot kain hitam tersebut. Dalam pantauan kami, oknum KPK sengaja memprovokasi, menyulut amarah, bahkan melakukan tindakan kekerasan dengan memukuli massa aksi. Suasana jadi chaos, rusuh tak bisa dikendalikan," ujar dia.

Saat ini situasi di depan Gedung KPK sudah kembali kondusif. Massa aksi pun sudah membubarkan diri dari gedung lembaga antirasuah. Hanya ada aparat kepolisian di depan Gedung KPK.