Kisah Pelayaran Chritopher Columbus Mencari Dunia Baru

ZonaKamu - Chritopher Columbus dikenal sejarah sebagai orang yang memimpin pelayaran dalam upaya menemukan dunia baru. Hingga saat ini, dunia menganggap Chritopher Columbus sebagai penemu Amerika, hingga rakyat di Amerika bahkan merayakan Columbus Day, sebagai bentuk penghormatan kepada Chritopher Columbus.

Namun, ksah terkait Chritopher Columbus dan pelayarannya tidak hanya sebatas itu. Ada fakta-fakta gelap yang selama ini tidak atau jarang diungkapkan, bahkan ada penyesatan informasi serta kebohongan di balik aksi-aksi Chritopher Columbus.

Pada 12 Oktober 1492, pelayaran Columbus telah memasuki pekan kelima. Pukul 02.00 pagi, cuaca masih gelap, suasana di tengah Samudera Atlantik Utara relatif tenang, tak terlalu rusuh oleh gelombang.

Rodrigo de Triana, salah satu awak kapal Pinta, tiba-tiba melihat gemerlap cahaya berjejer horizontal, yang ia yakini sebagai daratan. Rodrigo bangun dari kantuknya, kemudian berteriak-teriak kegirangan.

“¡Tierra! ¡Tierra!” (Daratan! Daratan!)

Kapten Pinta, Martin Alonso Pinzon, segera memeriksa kabar tersebut. Setelah yakin, ia meneruskannya kepada Columbus dengan cara menembaki langit dengan sepucuk pistol lombard. Columbus riang bukan kepalang.

Ia langsung teringat janji Raja Ferdinand II dari Kerajaan Aragon dan Ratu Isabella I dari Kerajaan Castile, bahwa siapapun yang pertama kali menemukan daratan pulau yang dituju, maka yang bersangkutan akan diberi uang pensiun seumur hidup.

Hadiah tersebut seharusnya jatuh ke tangan Rodrigo. Namun kemudian Columbus mengaku bahwa ia sudah melihat temaram cahaya pulau di hari sebelumnya, tepatnya saat jarum jam menunjuk pukul 10 malam. Saat itu ia mengurungkan pengumuman karena tidak yakin yang dilihatnya adalah daratan sungguhan.

Atas klaim inilah, dan berdasarkan kuasanya sebagai pemimpin proyek pelayaran, maka Columbus yang mendapat hadiah spesial dari kerajaan, sementara Rodrigo tak mendapat imbalan secuil pun.

Kapal belum sempat merapat ke daratan, namun arogansi Columbus sudah menyeruak ke permukaan, demikian catatan Patrick Murphy dan Ray Coye di buku Mutiny and Its Bounty (2013).

Kepulauan yang pertama kali ia jajaki dalam petualangan mencari Dunia Baru (New World) itu ia namai San Salvador (kini bernama Bahama). Tak begitu jelas di pulau mana persisnya ia dan awak kapal Nina, Pinta, dan Santa Maria mendarat. Namun teori mayoritas sejarawan mengerucut ke tiga pulau: San Salvador, Samana Cay, atau Plana Cay.

Orang-orang lokal menyambut rombongan kaum kulit putih yang memulai pelayaran sejak 3 Agustus 1492 dari Kota Palos de la Frontera, Spanyol bagian Selatan itu, dengan hangat dan bersahabat. Peristiwa bersejarah tersebut terutama melibatkan orang-orang Suku Lucayan, Taino, dan Arawak sebagai penghuni asli pulau-pulau di Karibia.

Namun Columbus justru menampakkan sikap asli seorang kolonialis Eropa yang haus harta. Melihat beberapa orang lokal mengenakan anting emas, Columbus kemudian menyandera salah satu anggota Auku Arawak dan memaksanya untuk menunjukkan di mana orang setempat menambang emas. Emas (Gold), adalah salah satu dari tiga slogan utama kolonialisme klasik selain Gospel (kejayaan gereja) dan Glory (kejayaan teritorial).

Columbus melanjutkan pelayaran di kawasan Laut Karibia untuk mengujungi pulau-pulau lainnya. Salah satunya Pulau Hispaniola (yang kini dibagi antara Republik Dominika dan Haiti) pada 5 Desember di tahun yang sama.

Dalam perjalanan yang melelahkan sehingga mengakibatkan pengurangan jumlah awak kapal, Columbus mendirikan pemukiman di La Navida (kini Haiti), mengambil lebih banyak sandera orang lokal, dan melanjutkan perjalanan.

Perjalanan pertama Columbus berlangsung selama satu tahun, durasi yang diberikan oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabela. Dalam perjalanan pulang ke Spanyol, ia membawa 10-35 sandera orang lokal dan hanya tujuh atau delapan yang sampai di Spanyol dalam kondisi hidup.

Setiap tanggal 12 Oktober rakyat Amerika Serikat merayakan Hari Columbus. Namun tak semuanya mau memperingati perayaan berdasarkan sejarah palsu nan berdarah itu. Oleh masyarakat Kota Seattle, Minneapolis, South Dakota, hingga Berkeley, tanggal 12 Oktober justru diperingati sebagai Hari Penduduk Asli/Masyarakat Adat.

Upaya alternatif ini adalah bentuk penghormatan pada Suku Indian dan suku lain yang pernah jadi korban kolonialisme (baca: kekejaman) orang-orang kulit putih.