Fredy S, Enny Arrow, dan Novel-novel Panas Indonesia

ZonaKamu - Nama Fredy S dikenal oleh banyak orang, khususnya pembaca novel yang tumbuh pada era 1990-an. Pada masa itu, era 1990-an, banyak terbit novel stensilan dengan harga murah, serta berisi kisah-kisah panas.

Meski tidak semua novel stensilan di masa itu berisi cerita panas, namun kebanyakan memang menyuguhkan kisah-kisah seks. Novel semacam itu pula yang banyak diburu dan dibaca pada masa itu.

Salah satu penulis yang sangat terkenal sebagai pengarang novel-novel seks semacam itu adalah Fredy S. Konon, nama lengkapnya adalah Fredy Siswanto. Dari tangannya, lahir tak terhitung novel-novel stensilan, yang bisa dibilang semuanya menyuguhkan kisah seks di dalamnya. Ada ratusan novel yang pernah dilahirkan Fredy S, hingga bisa dibilang dia novelis yang sangat produktif.

Salah satu novel Fredy S yang sangat panas berjudul “Marissa”. Dalam kisah novel itu ada adegan-adegan panas yang mampu bikin pembaca panas-dingin, karena sangat hot sekaligus vulgar. “Marissa” termasuk novel awal Fredy S, sebelum kemudian dia menggelontorkan ratusan novel lain dengan aneka judul, aneka kisah, serta aneka cerita seks di dalamnya.

Popularitas Fredy S tampaknya terkait dengan banyak hal. Pertama, kisah-kisahnya lekat dengan kehidupan remaja atau orang dewasa sehari-hari, yaitu urusan cinta. Kedua, novel-novel itu menyuguhkan adegan-adegan erotis yang pasti akan disukai pembaca.

Ketiga, yang paling penting, harga novel-novel itu relatif murah. Pada era 1990-an, novel-novel stensilan Fredy S hanya dijual seharga Rp 2.000,- Novel-novel itu banyak dijual di lapak-lapak koran, di toko buku pinggir jalan, dan lain-lain.

Selain Fredy S, ada banyak nama lain yang ikut meramaikan popularitas novel stensilan di masa itu, beberapa di antaranya adalah Mariana S, Susy Astika, hingga Tara Zagita.

Mariana S bisa dibilang satu tingkat di atas Fredy S, karena novel-novelnya lebih “elegan”, degan kisah yang juga lebih rapi, meski di dalamnya tetap terselip adegan-adegan seks.

Meski begitu, Mariana S lebih elegan dalam menyuguhkan adegan-adegan panas itu, tidak sevulgar Fredy S atau umumnya penulis novel panas di masa itu. Novel-novel Mariana S juga laris manis, dan dia juga tergolong produktif melahirkan novel.

Sementara Susy Astika bisa dibilang serupa dengan Fredy S, bahkan lebih vulgar. Novel-novel Susy Astika bisa dibilang hanya menyuguhkan adegan-adegan seks, sementara kisah di dalamnya apa adanya.

Bagian adegan seks dalam novel-novel Susy Astika bahkan mendominasi kisah dalam novel, sehingga bisa dibilang seks itulah yang menjadi suguhan utama novel-novel Susy Astika. Lebih dari itu, Susy Astika juga sangat vulgar dalam menggambarkan adegan-adegan seks dalam novelnya.

Terlepas dari hal itu, tentu menyenangkan membaca novel-novel Susy Astika, apalagi jika tujuan membaca novel memang untuk menikmati adegan-adegan seks di dalamnya. Karenanya pula, novel-novel Susy Astika di masa itu juga sangat laris karena banyak diburu pembaca novel.

Kemudian, Tara Zagita, lebih terkenal sebagai penulis novel-novel horor. Meski begitu, Tara Zagita juga sering kali menyelipkan adegan seks atau setidaknya adegan panas dalam kisah novelnya, meski bisa dibilang hanya bumbu.

Sama seperti Fredy S, Tara Zagita juga menulis novel dalam jumlah tak terhitung banyaknya, dan semuanya novel horor. Entah sudah berapa ratus novel yang pernah lahir dari tangan Tara Zagita.

Selain Tara Zagita, penulis novel horor lain yang juga terkenal di masa itu adalah Abdullah Harahap. Sama seperti Tara Zagita, Abdullah Harahap juga kerap menyelipkan adegan-adegan panas dalam kisah novelnya.

Yang unik dari novel-novel stensilan waktu itu adalah, semua penulis yang aktif menulis tersebut sama sekali tidak pernah terlihat sosoknya. Novel-novel itu tidak pernah menunjukkan foto si penulis atau biodatanya. Jadi, para pembaca novel-novel tersebut hanya bisa menikmati kisah dalam novel, tapi tidak pernah tahu seperti apa wujud si penulis atau bagaimana latar belakangnya.

Begitu pula dengan penulis novel panas legendaris Indonesia, yang terkenal dengan nama Enny Arrow. Berbeda dengan penulis-penulis lain yang telah disebut di atas, Enny Arrow telah aktif menulis sebelum mereka, sebelum era novel stensilan melanda Indonesia.

Di masa itu, awal 1990-an, novel-novel Enny Arrow dicetak dalam bentuk novel tipis, dengan sampul wanita seksi atau merangsang, serta dengan sisipan gambar/foto adegan seks.

Berbeda dengan novel-novel Fredy S atau lainnya, yang lebih dikenal sebagai “novel dengan adegan panas di dalamnya”, novel-novel Enny Arrow lebih terkenal sebagai novel seks, atau “murni novel seks”.

Karenanya, pada masa itu, bisa dibilang sangat sulit untuk membeli/menemukan novel-novel Enny Arrow, karena biasanya diperjualbelikan secara sembunyi-sembunyi.

Kini, era novel-novel panas semacam itu bisa dibilang sudah berlalu. Menjelang era 2000-an, novel-novel panas mulai surut dari pasaran, mungkin mulai kehilangan pembaca, atau entah karena apa. Bisa jadi, surutnya novel-novel panas itu karena kalah saingan dengan internet, yang menyuguhkan kisah-kisah panas serupa, yang bisa dibaca langsung tanpa harus membeli novel.

Meski begitu, sebagai pembaca setia novel Indonesia, bagaimana pun kita perlu mengakui keberadaan generasi novel panas itu, beserta penulis-penulis yang pernah dibesarkan pada zaman tersebut.