Misteri Villa Berdarah

Aku langsung memasuki kamar mandi dan menutup pintunya begitu Edi terkapar di lantai dapur. Aku telah bersiap membunuh siapapun yang mencoba membuka pintu kamar mandi, namun rupanya Heru tidak membukanya. Dia telah melihat mayat Edi ketika mendekati kamar mandi dan dia sepertinya langsung mendekati sosok mayat itu. 

Mataku yang telah terbiasa dengan kegelapan segera tahu bahwa situasi aman untukku bergerak dan aku langsung menuju ke kamarku kembali sebelum Heru membalikkan tubuhnya.

Di dalam kamarku, aku mendengar suara Cheryl yang ingin ke kamar mandi, dan aku bersiap-siap dengan tambang jerat yang telah kupersiapkan sejak kemarin. Aku telah membongkar salah satu eternit di atap villa dan aku telah mengalungkan tambang jerat di sana untuk kugunakan sewaktu-waktu. Kinilah saatnya tambang itu kugunakan, dan aku dilanda sensasi yang memabukkan saat melalui lubang angin di kamarku aku menyaksikan Cheryl yang melangkah perlahan-lahan dalam kegelapan, mencari jalan menuju ke belakang...

Aku tidak mengenal Cheryl, aku hanya tahu kalau dia salah satu adik angkatanku di kampus. Namun dia telah masuk ke dalam villa ini dan aku telah bersumpah untuk membunuh siapapun yang ikut dalam acara malam tahun baru ini. 

Ketika Cheryl tengah berdiri kebingungan, perlahan-lahan kuturunkan tambang jerat itu ke kepalanya. Cheryl sama sekali tak menyadari karena suasana yang gelap, dan jerat yang telah kubuat cukup longgar itu segera terkalung ke lehernya. Aku langsung menariknya dengan kuat melalui lubang yang telah kusiapkan di kamarku, dan tubuh Cheryl seketika tergantung di langit-langit villa. Aku tersenyum ketika menyaksikan tubuhnya kejang-kejang saat meregang nyawa. Aku tahu dia pasti tewas tercekik oleh jerat yang amat kuat itu di lehernya...

Tahukah kau bagaimana rasanya ketika kau merasakan bahwa dirimu begitu berkuasa dan dapat mengalahkan orang lain mana pun yang kau inginkan? Aku merasakannya dengan perasaan yang melayang-layang, seperti sesuatu yang amat memabukkan, dan aku merasa ingin segera kembali mengulanginya...

Kemudian, dari lubang angin di kamarku, aku menyaksikan Heru dan Jefry yang tengah mendekati mayat Ricky di depan kamar mandi. Rupanya mereka telah mengambil kesimpulan bahwa Rickylah yang telah mengunci pintu villa dan sekarang mereka sepertinya mencari-cari anak kunci itu di saku-saku jaket yang dikenakan Ricky. Aku menyaksikan mereka dengan tersenyum, karena aku tahu bahwa anak kunci dalam saku jaket Ricky telah kuganti dengan anak kunci pintu kamarku, dan kunci villa itu kini telah ada dalam genggamanku.

Keberuntungan benar-benar bersamaku. Aku mendengar Heru yang ingin masuk ke kamar mandi, sementara Jefry yang amat penakut dengan hal-hal seram itu sepertinya melarang. Lalu kulihat Heru masuk kamar mandi dan Jefry berdiri tak jauh dari sana, namun dia tak berani menengok ke belakangnya yang gelap. Aku segera keluar dan mendekati Jefry perlahan-lahan, dan begitu jarak telah memungkinkan, langsung kuayunkan kapak di tanganku dan leher Jefry terpenggal seketika. Lilin di tangannya terjatuh dan aku segera bergegas masuk kembali ke dalam kamarku.

Sekarang tinggal Heru, Renata dan Nirina yang belum memperoleh hadiah mereka, dan aku senang menunggu saat-saat menyerahkannya. Beberapa saat kemudian aku melihat Heru tengah sibuk mengakali kunci pintu villa dan berusaha untuk dapat membukanya. Sekali lagi aku tersenyum. Heru sama sekali tak menyadari kalau anak kunci yang dipakainya untuk membuka pintu villa itu sebenarnya anak kunci pintu kamarku. 

Aku melangkah perlahan menuju kamar tempat Nirina dan Renata berada sementara Heru masih sibuk dengan anak kuncinya. Aku tahu Renata dan Nirina pingsan dan dibaringkan di dalam kamar itu, dan aku menyukai saat berdiri di dekat tempat tidur mereka, memilih yang manakah yang akan kubunuh terlebih dulu...

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (68)