Misteri Villa Berdarah

“Cepat, Her,” kata Jefry tak sabar.

“Iya, tunggu sebentar!” sahut Heru dari dalam kamar mandi. “Banyak banget nih, habis sudah ditahan sejak tadi...”

Jefry seperti akan berkata lagi, namun mulutnya tak sempat terbuka ketika sesuatu melayang dengan cepat dari arah belakangnya dan menghantam lehernya dengan keras.

Ccrrrraaaaassshh...!!!

Tubuh Jefry langsung roboh ke lantai dengan darah memancar deras dari lehernya yang terbuka menganga. Lilin di tangannya jatuh dan apinya padam seketika saat menyentuh lantai.

“Jef!” seru Heru dari dalam kamar mandi ketika tempat itu tiba-tiba jadi gelap. “Jef...! Kenapa lilinnya mati?”

Tapi Jefry tak menyahut. Heru cepat-cepat mengguyurkan air, lalu segera keluar dari kamar mandi. Dia tak melihat Jefry dalam kegelapan itu. Kenapa dia malah pergi?

Heru akan melangkahkan kakinya, namun dia tak tahu kemana arah yang harus ditujunya. Matanya seperti jadi buta dalam kegelapan yang tiba-tiba itu. Diraba-rabanya saku jaketnya dan Heru pun bersyukur korek gas miliknya ada dalam saku. Buru-buru dinyalakannya korek gas itu dan seketika Heru terpekik ngeri.

Dalam keremangan nyala korek gas yang redup, Heru dengan cukup jelas menyaksikan tubuh Jefry telah terbujur kaku di lantai dengan darah yang membuncah di sekitar tubuhnya. Sosok mayatnya berdekatan dengan mayat Ricky.

Apa sebenarnya yang tengah terjadi ini...? Heru seperti akan beranjak dari tempat itu, tetapi dia segera teringat sesuatu. Kunci! Anak kunci tadi dipegang oleh Jefry. Kini tinggal dia dan Renata serta Nirina yang masih hidup, dan Heru harus secepat mungkin keluar dari villa ini bersama dua cewek itu sebelum dia sendiri tewas terbunuh. Makhluk apa sebenarnya yang telah membunuh kawan-kawannya...???

Heru melihat batang lilin di dekatnya dan segera diambilnya batang lilin itu lalu dinyalakannya dengan korek gasnya. Dengan perasaan ngeri, Heru memperhatikan tempat di sekitar mayat Jefry untuk mencari anak kunci yang tadi dipegang Jefry.

Kedua telapak tangan Jefry nampak terbuka dan anak kunci itu tak ada di tangannya. Anak kunci itu pasti terlepas saat Jefry terbunuh, pikirnya. Dengan gugup dan gemetaran, digunakannya ujung sandalnya untuk mengorek-ngorek genangan darah yang cukup tebal di situ sampai kemudian ditemukannya anak kunci itu di bawah genangan darah.

Tanpa pikir panjang lagi Heru segera meraih anak kunci itu dan secepat kilat segera ditinggalkannya tempat mengerikan itu. Dia buru-buru menuju ke ruang depan untuk segera membuka pintu villa sialan itu.

Saat melewati kamar tempat Renata dan Nirina berada, Heru menyempatkan diri untuk menengok keadaan mereka, dan saat membuka pintu kamar itu, Heru melihat mereka berdua masih tergolek pingsan di atas springbed dengan sebatang lilin yang masih menyala di atas meja. Tak ada tanda-tanda yang mencurigakan, juga tak ada percikan darah sedikit pun. Oh, syukurlah, gumamnya. Sesaat lagi mereka akan segera terbebas dari villa ini dan secepatnya mereka bisa mencari pertolongan.

Heru lalu meninggalkan kamar itu dan segera mendekati pintu depan villa. Dimasukkannya anak kunci itu ke dalam lubang kuncinya dan diputarnya dengan perasaan berdebar-debar.

“Oh, shit!” makinya dengan kesal. Anak kunci itu tak bisa berputar. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal pada lubang kunci itu hingga anak kuncinya tak bisa digerakkan.

Heru menarik kembali anak kunci itu dan dipandanginya anak kunci di tangannya. Apanya yang salah, pikirnya dengan heran. Apakah ini bukan anak kunci pintu itu? Tetapi anak kunci ini ada di sakunya Ricky, dan Ricky pulalah yang terakhir menutup pintu ini. Tentunya inilah anak kunci pintu ini!

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (59)