Misteri Villa Berdarah


Malam itu, Renata menceritakan, Aryo tiba-tiba muncul di rumahnya dengan dandanan yang cukup keren untuk ukurannya. Renata tidak memahami maksud kedatangan Aryo malam itu, apalagi Aryo nampak kikuk dan terlihat serba salah sekali. Ucapannya yang gagap itu terlihat semakin menggagap sampai Renata bingung sendiri bagaimana menghadapinya.

Lalu tahulah Renata kalau Aryo menyatakan cinta. Renata hanya senyum-senyum ketika akhirnya memahami maksud Aryo. Meskipun ia sudah tahu kalau Aryo suka memandanginya, namun Renata sama sekali tak menyangka kalau Aryo akan berani menyatakan cinta seperti itu. Dan melihat Aryo menyatakan cinta membuat Renata senyum-senyum sendiri karena melihat tingkahnya yang lucu sekali di matanya.

Renata sendiri tidak terlalu terkejut dengan pernyataan cinta itu selain hanya merasa heran. Sebelum Aryo menyatakan cinta kepadanya, sudah ada beberapa cowok lain yang pernah menyatakan perasaan yang sama; beberapa mahasiswa di kampusnya sendiri, beberapa yang lain cowok-cowok di luar kampusnya. Renata menyadari keindahan yang dimilikinya sebagai seorang cewek, dan dia tidak pernah heran dengan adanya cowok-cowok yang tertarik kepadanya hingga menyatakan cinta. Dan bila Aryo juga menyatakan cinta kepadanya, Renata hanya tersenyum memaklumi, dan heran, namun sama sekali tak terkejut.

Renata tidak langsung memberikan jawaban atas pernyataan Aryo malam itu. Dia hanya senyum-senyum saja menanggapi pernyataan cinta Aryo, dan saat Aryo mendesaknya agar memberikan jawaban, Renata hanya menjawab dengan santai, “Kamu tidak terburu-buru menunggu jawabanku, kan?”

Maka Aryo pun tak mendesak lagi malam itu. Seiring dengan hari-hari yang berlalu, Aryo tak pernah muncul lagi di rumah Renata meski di kampus Renata terkadang masih memergoki Aryo memandanginya sambil senyum-senyum salah tingkah sendiri. Bagi Renata itu sesuatu yang lucu, dan Renata hanya membiarkannya saja.

Sampai kemudian Jefry datang dalam hidup Renata, dan saat hubungannya dengan Jefry semakin dekat, Renata seperti terlupa sendiri dengan Aryo. Saat akhirnya Jefry menyatakan cinta dan Renata menerimanya, Renata sama sekali belum memberikan jawaban kepastian apapun untuk Aryo atas pernyataan cintanya dulu, namun setelah menyadari hal itu, Renata pun berpikir kalau Aryo pasti telah mengetahui sendiri jawabannya, bahwa ia tak bisa menerimanya.

“Lagi pula salahnya sendiri, kenapa dia tidak pernah muncul lagi?” kata Renata saat menceritakan kisah itu pada Nirina. “Harusnya kan dia proaktif, tidak langsung menghilang sampai lama sekali seperti itu.”

“Cowok itu pasti ada yang tidak beres di otaknya,” tanggap Nirina sambil tersenyum sinis membayangkan Aryo yang menyatakan cinta pada Renata.

Renata tertawa kecil mendengar ucapan Nirina. “Kalau menurutku, dia hanya kurang gaul, Nir. Dia masih kekanak-kanakan sekali!”

“Kurang gaul, juga kurang ngaca!” tanggap Nirina sekali lagi dengan sinis.

“Dia juga masih lugu sekali,” kata Renata mencoba memberikan kesan yang lebih baik pada diri Aryo. “Bayangkan saja, baru setelah aku jadian sama Jefry, dia baru muncul lagi di rumahku dan menanyakan tanggapanku atas pernyataannya yang dulu. Lucu sekali, kan?”

“Terus bagaimana tanggapanmu?” tanya Nirina ingin tahu.

“Ya jelaslah, aku katakan ke dia kalau aku tidak bisa menerimanya.”

“Dan tanggapannya?”

“Dia sepertinya jadi bingung. Waktu itu dia ngomong sesuatu tapi aku bingung mendengarnya. Tahu sendiri, dia kan gagap sekali kalau ngomong. Ditambah dengan salah tingkah setelah penolakan itu, dia jadi tambah gagap tak karuan.” Renata tersenyum-senyum sendiri membayangkan kejadian malam itu.

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (22)