Misteri Villa Berdarah

Ricky telah memutuskan bahwa besok Aryo sudah harus mulai membersihkan villanya yang akan digunakan untuk acara malam tahun baru mereka. Malam tahun baru tinggal dua hari lagi. Karenanya, selesai kuliah hari itu dia segera saja menarik lengan Aryo.

“Kamu jadi mau membersihkan villaku, kan?” kata Ricky langsung.

“I-i-iiiya!” sahut aryo. “K-kkkapan?”

“Bisa tidak kalau besok kamu mulai?”

“Tttap-tapi...aa-a-aku ttid-tidak tahu tttempatnya!”

Ricky mengangguk. “Besok pagi kita berangkat bareng. Aku antar kamu sampai di sana, terus aku tinggal, bagaimana?”

“A-aa-aku ssssendirian...?”

“Iya, tidak apa-apa, kan?” Ricky terlihat masih ingin berkata sesuatu, tapi kemudian Nirina, pacarnya, sudah datang menghampirinya.

Aryo pun segera saja mengangguk menyetujui permintaan Ricky. Lalu dengan agak berbisik ia kembali berkata, “A-aaku bbbisa minta pperrskot...?”

Ricky kembali mengangguk. Ia lalu mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan diserahkannya pada Aryo. Nirina yang berada di dekat mereka nampak melirik Aryo dengan sinis, tapi Aryo pura-pura tak melihatnya. Diterimanya uang dari Ricky dengan mata berbinar-binar, lalu setelah mengucapkan terima kasih dengan terbata-bata, Aryo segera saja berlalu dari hadapan mereka, melangkah dengan ringan menuju ke kantin kampus yang sudah mulai sepi. Perutnya sudah kosong semenjak tadi.

***

Di dalam kamarnya malam itu, Cheryl tersenyum sendirian sambil berbaring santai di atas springbed-nya, menikmati alunan musik klasiknya Diego Modena yang mengalun dari CD player di ujung kamar. Betapa bodohnya cowok-cowok, pikirnya sambil membayangkan wajah Heru. Cowok itu bisa dengan mudahnya dibohonginya. Pertunangan yang dipaksakan? Cheryl nyaris tertawa sendiri kalau mengingat semua percakapannya dengan Heru tadi siang.

Cheryl memang telah bertunangan dengan Rino, anak konglomerat yang memiliki bisnis perhotelan itu. Dan Cheryl sama sekali tak merasa terpaksa ketika bertunangan dengan cowok itu. Semua kualifikasi yang dimiliki oleh Rino bagi Cheryl sudah cukup layak untuk mendapatkan keindahan yang dimilikinya, dan Cheryl pun oke-oke saja menjadi tunangan Rino. Tapi tak ada salahnya mendapatkan sedikit suplemen, kan?

Maka ketika Heru, salah satu aktivis kampusnya yang tampan itu datang mendekatinya, Cheryl hanya open dan membiarkan segalanya berlangsung secara ‘alamiah’. Cheryl tahu kalau Heru sudah beberapa kali gonta-ganti pasangan di kampus, namun itu bukan persoalan besar bagi Cheryl, toh dia juga tidak menginginkan hubungan yang langgeng dengan cowok itu.

Kalau Heru menginginkan hubungan sesaat dengan Cheryl, maka Cheryl pun merasa begitu. Pesona yang dimiliki Heru rasanya juga sayang kalau dilewatkan, batin Cheryl sambil tersenyum. Cowok itu bukan hanya tampan, tapi juga pintar membuat cewek terbuai dengan tutur katanya yang begitu manis. Dan Cheryl pun menikmatinya. Bagi Cheryl, Heru adalah ‘suplemen’ yang menyenangkan dari sebuah hubungan pokok yang dijalinnya dengan Rino.

Dan Cheryl tak terlalu merisaukan Rino. Saat ini mata kuliah Rino telah habis dan dia tengah sibuk menggarap skripsinya hingga jarang sekali masuk kampus. Cheryl tak peduli apakah Rino tahu hubungannya dengan Heru sekarang ini ataukah tidak, namun sekali lagi, Cheryl tak pernah terlalu merisaukannya.

Dia selalu tahu bagaimana cara menundukkan tunangannya itu kalau dia berulah, dan Cheryl merasa Rino tidak akan terlalu meributkannya. Toh ini hanya hubungan sementara dan Cheryl tak punya niat untuk meninggalkan Rino. Mencari pengganti yang lebih kaya dari Rino rasanya sulit, dan Cheryl pun tak mau berspekulasi.

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (18)