Yang Tersurat dan Tersirat

Mataku basah menatap papan hitam
Yang membisu
Yang mengumbar kata walau hanya dusta
Semua tahu
Tapi mereka biasa menelan kepalsuan
Angka-angka itu hanya fatamorgana dusta
Hanya manusia mimpi yang bisa menerima

Serat sarat angka menjerat jiwa
Memutarbalikkan logika
Apa itu?
Di sana tak akan tanya
Manusia berangka hanya genggam dunia
Aku jijik

Sarat di kepalaku penuh tanya
Mengapa dalam kepalsuan
Ada yang ditirikan?
Mengapa sang pahlawan pilih kasih
Dan mencari tanda jasa?

Aku memang tak bisa
Apakah tak bisa harus dilafalkan
Dengan kebodohan?
Macam mana?
Kau jangan bodohi aku!
Angka itu cuma satu
Jangan kau cipta jadi seribu
Logika sudah berkata semasa dini
Kini kau mengapa buat gila?

Aku bingung habis kata
Sebenarnya siapa yang gila di antara kita
Kau atau aku?
Aku atau aku?
Jangan membisu di antara lidahmu

Serat sarat
Yang tersurat dan tersirat
Aku pusing
Tiada menahu ku harus apa
Teruskah aku bisu menatap angka?
Angka-angka gila
Atau apakah aku harus bisu dengan
bertopeng pura-pura?
Dan di depanmu mencari erotika
pasang muka cari nama?
Kebiadaban angka berangka membuat
aku gila!

Apa sebenarnya yang terjadi di sana?
Nilai, juara dan tanda jasa?
Itu tak ada dalam asaku!

Serat sarat
Yang tersurat dan tersirat
Kau bingungkan otak-otak yang masih suci
Kau hitamkan putihnya diri-diri
Pahlawankah itu?
Kusangsikan kau seorang pahlawan
Ku tak percaya kau tak cari piagam piala
Topengmu masih di depan muka!

Serat sarat
Yang tersurat dan tersirat
Gila, gila, gila!
Aku tak mau dibodohi angka-angka
Aku tak mau bicara apa yang aku sendiri
tidak tahu
Aku tak mau dianaktirikan
Hanya karena angka-angka gila
Kebiadaban angka berangka
Membuatku gila!