Sang Dia

Dulu dia tidak ada
Kemudian masuk dan lalu ada
Dulu dia kecil bak tiada dosa
Saat pertama kali terlihat mata
Duduk ramah di depan rumah
Sang dia!
Dulu dia sempat menangis
Saat didera tanpa dosa
Dia berbahasa...titik air di pipi
“Biar aku yang jadi korban,” katanya
Kurengkuh, kuhibur, kubisik kata
Ah, sang dia!
Dulu dia manis saat kupandang
Apakah dia juga memandangku?
Ah, aku tak tahu. Tapi kulihat
Apakah masih kau ingat semuanya,
Wahai sang dia?

Sang dia!
Kini seolah lupa pada masa lalu
Berjalan angkuh tak hirau aku
Ternyata dia tak kuat dengan wajah dan nama
Hingga banyak lidah mencaci dan berkata,
“Tunggu saja saat kehancurannya!”