Kala jiwa kosong...
Saat angan tak berpijak pada akal
Ketika nurani terus-menerus harus ingkari
Adalah dendam kesumat tak berkesudahan
Adalah malam-malam tak bertepian
Tanpa kebahagiaan
Tanpa kedamaian
Lagu cinta tak lagi membuatku tersenyum
Impian bukan lagi istana indah
Karena bayangan tak jua terdapatkan
Karena kosong yang terus menyelimuti
Aku lelah
Aku letih
Aku tertatih
Hening...hening...hening...
Kunyanyikan kesedihan tanpa bertepi
Kudendangkan bait-bait puisi
Jeritkan pedih perih
Wahai hening, datanglah...!
Kabarkan pada maut agar segera datang
Kan kusambut ia
Kan kupasrahkan jiwa dan ragaku
Kan kuserahkan hidupku
Peluklah aku, hening
Peluklah aku dalam kematian, dalam kedamaian
Hening...hening...hening...
Sematkan bunga maut di keningku
Karena manusia di sekelilingku tak ada
Yang mau mengerti
Karena imajinasi yang tiada henti
Karena orangtuaku pun tak juga bisa memahami
Karena bahkan apa yang kulakukan
Tak mampu kuikuti
Kala jiwa kosong...
Saat angan tak berpijak pada akal
Ketika nurani terus-menerus harus ingkari
Wahai hening, renggutlah
Renggutlah sendiriku
Atau kabarkan padaku tentang alam kedamaian
Yang bukan lagi maya
Yang bukan lagi fatamorgana
Agar jiwaku tenang
Agar jiwaku tenteram
Hening...hening...hening...
Kunyanyikan nyanyian hening
Kuhidupi pusaran hening
Kulingkari lingkaran hening
Karena di sini hidupku masih hening