Tak Bisa Dikatakan Sama

Nasruddin diundang ke sebuah desa untuk memberikan ceramah. Letak desa itu cukup jauh, namun Nasruddin memenuhi undangan tersebut.

Sesampai di desa yang dituju, Nasruddin terlebih dulu singgah di rumah ulama desa itu, dan mereka pun bercakap-cakap perihal agama dan hal-hal lainnya. Dari percakapan yang cukup lama itu, si ulama desa menyimpulkan kalau Nasruddin tidaklah lebih pintar darinya. Dia yakin kalau ilmu mereka sejajar.

“Saya rasa Anda tidak lebih pintar dari saya,” kata ulama itu, “mungkin taraf kita sama. Jadi maaf, masyarakat desa ini tidak memerlukan Anda untuk menceramahi mereka.”

“Uh, saya rasa kita tak bisa dikatakan sama,” ujar Nasruddin. “Saya ke sini dengan jalan kaki, dan menempuh perjalanan selama tiga hari tiga malam dengan susah-payah. Kalau Anda sudah mengalami kesulitan seperti yang telah saya alami itu, dan memberi saya ganti rugi yang setimpal, barulah kita dapat dikatakan sama.”