Surat yang Kosong

Mungkin Nasruddin memang suka kalau diundang ke acara-acara perkawinan atau pesta semacamnya. Karenanya, ketika suatu hari seorang tetangganya mengadakan acara perkawinan, Nasruddin pun menunggu-nunggu datangnya surat undangan untuknya. Namun undangan yang ditunggu-tunggunya itu tidak juga datang. Mungkin si tetangga lupa untuk mengundangnya.

Ketika acara pesta itu tengah berlangsung dan Nasruddin belum juga memperoleh undangan, maka tahulah Nasruddin kalau tetangganya itu pasti terlupa untuk mengundangnya. Maka dia pun segera mengambil kertas, memasukkannya ke dalam sebuah amplop, lalu pergi terburu-buru ke acara pesta itu.

“Aku membawa surat penting untuk tuan rumah,” kata Nasruddin pada pelayan yang bertugas di depan pintu.

Si pelayan pun mengantarkan Nasruddin ke ruang besar tempat pesta tengah berlangsung. Setelah memberikan amplop surat yang dibawanya kepada si tuan rumah, Nasruddin segera saja bergabung dengan orang-orang yang tengah makan-makan, dan dia pun segera makan sampai kenyang.

Sang tuan rumah membuka amplop yang diberikan oleh Nasruddin dan mendapati selembar kertas kosong di dalamnya. Dengan heran dia bertanya pada Nasruddin, “Kau yakin kalau surat ini untukku? Kenapa tak ada tulisan apa-apa?”

“Uh, iya,” sahut Nasruddin, “memang tidak ada tulisan apa-apa di dalamnya, karena memang disiapkan dengan terburu-buru.”