Sang Pemungut Pajak

Pada masa itu suasana negeri tengah carut-marut karena dilanda musim paceklik. Panen berkali-kali gagal, banyak rakyat yang kelaparan, dan pajak yang berhasil dikumpulkan pun jumlahnya makin menyusut. Sang raja sudah berkali-kali meminta kepada para petugas pajaknya agar dapat mengumpulkan jumlah pajak yang lebih besar, namun berkali-kali para petugas pajak itu gagal melaksanakan perintah karena memang pungutan pajak tak mungkin diperbesar lagi dari keadaan buruk yang tengah berlangsung.

Suatu hari, sang raja pun kembali mengumpulkan para petugas pajaknya untuk melihat seberapa besar mereka dapat meningkatkan pendapatan untuk negara. Para petugas pajak itu berkumpul dengan membawa buku-buku catatan laporan mereka.

Ketika mengetahui kalau jumlah pajak kali ini semakin kecil jumlahnya, sang raja menjadi murka. Dengan amat marah dia lalu menghukum para petugas pajaknya dengan memerintahkan mereka untuk memakan kertas-kertas laporan pajak mereka, dan setelah itu para petugas yang malang itu pun dijebloskan ke penjara.

Karena tahu kalau di negerinya ada seorang bijak yang terkenal bernama Nasruddin Hoja, maka sang raja pun memerintahkan Nasruddin untuk menggantikan para petugas pajaknya agar dapat menghasilkan jumlah pajak yang lebih besar. Nasruddin sudah mencoba mengelak dari tugas itu, namun sang raja tetap memaksa.

Maka Nasruddin pun mulai menjalankan tugas itu, namun jumlah pajak yang berhasil dikumpulkannya tetap saja kecil dan tentunya tidak akan memuaskan sang raja. Pada waktu yang telah ditentukan untuk menyampaikan laporan, sang raja pun mengundang Nasruddin untuk menghadapnya.

Nasruddin datang kepada sang raja dengan membawa sebongkah roti hangat. Melihat itu, sang raja tersenyum sinis. “Kau mau menyuapku dengan roti celaka itu, Nasruddin?!”

“Tuan Raja,” sahut Nasruddin, “saya mencatat laporan keuangan pajak pada roti ini.”

“Kau jangan berpura-pura gila, Nasruddin!” bentak sang raja dengan marah.

Namun Nasruddin menjawab dengan hormat, “Tuan Raja, saya ini sudah lanjut usia. Saya tentu tidak akan kuat kalau makan kertas-kertas laporan itu. Jadi semua laporan saya pindahkan pada roti yang hangat ini.”