Belajar Kebijaksanaan

Karena mendengar bahwa Nasruddin Hoja adalah sosok seorang yang arif dan bijaksana, seorang santri pergi meninggalkan kampung halamannya dengan tujuan untuk berguru pada Nasruddin.

Nasruddin menerima maksud sang santri yang ingin belajar tersebut, namun Nasruddin terlebih dulu menegaskan bahwa kebijaksanaan lebih sering dipelajari melalui praktek dibanding sekedar teori. Sang santri mengerti maksud Nasruddin, dan sejak itulah sang santri selalu menemani Nasruddin kemana pun untuk menyaksikan perlaku sehari-harinya.

Di suatu pagi yang dingin, Nasruddin terlihat tengah meniup-niup kedua telapak tangannya. Sang santri yang menyaksikan itu segera bertanya, “Mengapa Anda meniup telapak tangan Anda, Mullah?”

“Agar tanganku bisa menjadi hangat,” jawab Nasruddin.

Siang harinya, Nasruddin memasak sayur sup. Setelah sayur sup itu matang, Nasruddin pun menuangkan sayur tersebut ke dalam mangkuk untuk makan siang. Setelah itu ditiup-tiupnya sayur sup di dalam mangkuk tersebut.

Menyaksikan itu, sekali lagi sang santri bertanya, “Mengapa Anda meniup sayur sup itu, Mullah?”

“Agar sayur sup ini menjadi dingin,” jawab Nasruddin.

“Uh, sebaiknya saya tidak jadi belajar pada Anda,” ujar sang santri tiba-tiba. “Anda tidak konsisten dengan pengetahuan Anda. Tadi pagi Anda bilang kalau Anda meniup agar hangat, tapi sekarang Anda bilang meniup agar menjadi dingin. Bagaimana saya bisa percaya dengan apa yang Anda ajarkan…?”