Karena Tidak Dibayar

Pak Gito memiliki tiga orang anak gadis yang sudah dewasa dan mereka bertiga sudah dilamar oleh pacarnya masing-masing. Untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya, Pak Gito pun menikahkan ketiga anak gadisnya itu dalam waktu bersamaan.

Malamnya, seusai resepsi, Pak Gito mendatangi kamar ketiga anaknya yang jadi pengantin baru itu.

Di depan pintu kamar anak pertama, dia mendengar anak dan menantunya tengah tertawa-tawa. Pak Gito geleng-geleng kepala dan merasa kecewa.

Di depan kamar anaknya yang kedua, Pak Gito tak mendengar suara apapun, dan dia makin kecewa.

Namun ketika dia berada di depan kamar anak gadisnya yang ketiga, dia mendengar anaknya itu tengah menangis. Kali ini Pak Gito tersenyum. Ini baru pengantin baru, pikirnya, malam pertama ditandai dengan tangisan.

Keesokan paginya, Pak Gito memanggil ketiga anak gadisnya itu. Pada anak pertama dia menyatakan kekecewaannya. “Kamu ini bagaimana? Malam pengantin kok malah tertawa-tawa!”

“Habis, lucu sih,” jawab anak pertamanya, “masak ada kado yang isinya obat kuat dan salep untuk mengobati lecet-lecet.”

Lalu Pak Gito berpaling pada anak gadisnya yang kedua. “Kamu juga, malam pengantin kok malah tidur?!”

Si anak yang kedua menerangkan, “Masalahnya kami capek banget, jadinya kami langsung tertidur.”

Kemudian Pak Gito berpaling pada anaknya yang ketiga dan tersenyum. “Kalian berdua harus mencontoh dia,” ujarnya memuji anaknya yang ketiga. “Malam pertama dia menangis. Begitulah seharusnya seorang wanita saat pertama kali melakukan hubungan seks dengan suaminya.”

Si anak ketiga segera menyahut, “Bapak salah! Saya menangis bukan karena kesakitan!”

“Lha, terus kenapa?” tanya Pak Gito terkejut.

“Saya menangis karena tidak dibayar! Biasanya saya dibayar sehabis main, tapi semalam suami saya tidak bayar, dia langsung tidur!”

Pak Gito terkejut. Lalu pingsan.