Dalam Rengkuh Sayap Malaikat

Daniel Gusman menatap Firsha dengan tatapan yang membuat jantung Firsha berdetak lebih kencang. “Maukah kau sedikit membalas kebaikan yang telah kuberikan untukmu, Firsha?” ujar Daniel Gusman kemudian dengan suara yang terdengar parau.

“Kalau saya mampu melakukannya, tentu saja saya akan melakukannya.” Firsha menjawab dengan bingung.

Kini Daniel Gusman semakin mendekatkan tubuhnya pada Firsha, dan suaranya semakin terdengar parau, “Kau tahu kalau aku begitu kesepian selama ini, Firsha. Aku sudah bercerai dengan istriku sejak lama dan...” Dan tangannya mulai membelai wajah Firsha, sementara Firsha mencoba menepiskan tangan itu.

“Pak Daniel,” ujar Firsha dengan gemetar, “saya telah menganggap Pak Daniel sebagai ayah saya sendiri...”

“Tetapi aku tak pernah bisa menganggapmu sebagai anakku sendiri, Firsha.” Dan tangannya semakin merayap kemana-mana, sementara Firsha semakin panik dan semakin sibuk menepiskan tangan itu.

“Saya...saya merasa tak layak melakukan ini, Pak Daniel,” kata Firsha dengan suara yang makin panik.

“Tentu saja kita layak melakukannya, Firsha.” Tangan itu kini mencengkeram bahu Firsha. Dan kini suaranya menjadi dingin—dan parau, “Kita berhubungan secara profesional, dan karena kau tak bisa membayarku dengan uang, kau bisa membayarku dalam bentuk lain.” Dan kini tangan Daniel Gusman mendorong tubuh Firsha ke atas tempat tidur.

Firsha meronta-ronta dalam cengkeraman Daniel Gusman, dan semakin tubuhnya meronta, Daniel Gusman seperti semakin kesetanan. Mengapa sosok yang kukira malaikat ini mau melakukan hal tercela seperti ini???

Firsha mencoba bangkit dari atas tempat tidur itu, namun Daniel Gusman terus mendorongnya dan menekannya dengan tubuhnya. Tubuh Firsha yang jauh lebih kecil dan lemah itu bukan tandingan Daniel Gusman yang bertubuh besar dan kekar. Seiring dengan detik yang berjalan, Firsha semakin merasa bahwa pertahanannya semakin mendekati batas akhir. Kekuatannya makin melemah, sementara Daniel Gusman nampak semakin buas.

Dan tepat ketika Firsha merasa sudah tak mampu lagi untuk meronta dan melawan, angin tiba-tiba berhembus dengan kencang dan mengatupkan dua daun jendela kamar yang tadi belum ditutup kembali. Benturan dua daun jendela yang besar itu menimbulkan suara yang keras dan mengejutkan, dan secara spontan Daniel Gusman menjauhkan tubuhnya dari tubuh Firsha. Dia menengok ke belakangnya—ingin tahu apa yang terjadi—dan Firsha menggunakan kesempatan itu untuk meloloskan diri dari himpitan tubuh Daniel Gusman.

Begitu merasa tubuhnya telah terbebas dari himpitan, Firsha segera turun dari tempat tidur, kemudian nekat meloncat ke arah jendela kamarnya—keluar melewati jendela yang besar itu. Dia terjatuh cukup keras di atas tanah di depan kamarnya, lututnya mungkin terluka, namun tak dihiraukannya. Firsha segera bangkit kembali, kemudian berlari menjauh dari kamarnya, dan terus berlari menuju pintu gerbang di depan rumah. Semoga saja pintu itu tak terkunci!

“Firsha!” terdengar suara Daniel Gusman memanggilnya.

Dan Firsha semakin kencang berlari. Saat sampai di belakang pintu gerbang, Firsha mencoba membukanya—namun meski berkali-kali digerakkannya, pintu besi itu tak mau terbuka. Bagaimana cara membukanya???

“Firsha...!” Kembali ia mendengar suara Daniel Gusman memanggilnya, dan kali ini sepertinya suaranya semakin dekat. Jadi dia mengejar kemari!

Firsha melihat ke atasnya. Pintu gerbang itu tak terlalu tinggi. Dan kemudian dengan nekat ia memanjat lubang-lubang kecil di kisi-kisi besi pintu gerbang itu, dan terus memanjatnya hingga ke atas, lalu nekat meloncat ke luar. Sekali lagi dia terjatuh dan kini merasakan pergelangan kakinya sakit—mungkin lecet—namun sekali lagi tak dipedulikannya. Firsha kembali bangkit dan berlari meninggalkan rumah yang kini terasa menakutkan itu. Semakin cepat ia menjauh dari sarang buaya ini, semakin baik baginya. Maka Firsha pun terus berlari.

Bersambung ke: Dalam Rengkuh Sayap Malaikat (12)