Baladada Tiga

Kini diri telah mengerti
Apa hakikat dari nyawa
Ada apa di balik detak nadi
Mengurai kesimpulan
Hadapi kenyataan

Wahai,
Betapa banyak yang harus dikerjakan
Betapa berat tanggung jawab yang dipertanyakan
Beban perasaan
Beban kehidupan
Udara pengap sudutkan dalam kegelapan

Melihat masa depan begitu suram
Betapa rapuh angan gapai harapan
Terkadang nurani pun keropos
Digerogoti oleh kedengkian
Kebencian dan kemurkaan

Sang tercinta entah dimana
Dicari tak mampu dipandang mata
Bila saksikan angin bertiup
Bila saksikan udara berkabut
Mimpi indah menerawang
Dalam kehangatan, dalam kedamaian

Malam-malam bisu
Malam-malam sendu
Malam-malam rindu
Malam-malam bernyanyi
Malam-malam sendiri

Terkadang diri bertanya pada diri
Sampai kapan kaki yang letih ini harus melangkah
Sampai kapan dermaga cuma impian
kekaburan harapan
Remang-remangnya angan
Terkadang telusuri kisi-kisi kalbu yang bisu
Batin terkoyak
Amarah telah habis
Air mata telah membanjiri
Malam-malam panjang telah lewat

Pagi, siang dan senja yang melelahkan
Hari berganti, waktu berlalu
Minggu menunggu, bulan berjalan
Tahun pun tak terasa menggunung
Tapi...
Diri masih sendiri
Nurani masih terdampar dalam sunyi

Pada sahabat beberkan apa-apa
Entah mereka bisa mengerti
Ataukah hanya berpura mengerti
Tak tahu
Tak ada yang tak tahu
Apalagi...
Apalagi tentang diri

Dalam kesendirian
Terkadang dicekam rasa ketakutan
Apakah ini yang harus dihadapi
Tapi diri tak mampu beradaptasi
Rasakan haus, rasakan lapar
Apa-apa telah ditelan
Tapi diri masih lapar
Karena memang kurang yang dimakan
Ataukah kurang yang diterkam?

Tak tahu,
Tak ada yang tahu
Apalagi...
Apalagi tentang diri