Misteri Pembunuhan Berantai

Maka rencana busuk itu pun kemudian disusunnya. Ia ingin memberikan kado terindah untuk hari ulang tahunnya sendiri. Sore itu ditemuinya Wulan, lalu dibujuknya dengan segala rayuan. Perempuan lugu yang tak menyadari bahaya yang akan menimpanya itu pun kemudian terbujuk dan mau ikut ke rumah Joshep.

Dan begitu sampai di rumah besar yang sangat mewah itu, Wulan pun mulai terlena. Ia tak menyadari bahwa dia tengah masuk dalam sarang buaya. Ia juga tak menyadari bahaya ketika Joshep menawarinya minum, dan ia pun langsung meminumnya. Joshep tersenyum saat itu. Ia tahu bahwa obat tidur yang telah dilarutkannya dalam minuman itu pasti akan langsung bekerja dan mem-berikan efeknya.

Wulan pun kemudian menjadi tak sadar setelah itu…dan Joshep yang telah lama menantikan saat-saat seperti itu langsung saja melampiaskan hasratnya. Akhirnya kena juga kau, pekiknya saat melepaskan segala perasaan yang selama ini menggumpal begitu besar dalam dadanya.
   
Tapi dendam Joshep belum terlampiaskan hanya dengan itu. Ia ingin Wulan menanggung malu dan sakit hati yang teramat sangat seperti dirinya yang malu dan merasakan sakit hati karena penolakannya. Maka Joshep pun memanggil teman-temannya dan mengumpankan Wulan pada mereka. Pembalasan dendam Joshep hampir berhasil saat melihat teman-temannya menikmati umpan itu.

Besok, pikirnya, Wulan pasti akan menikmati penderitaan batin yang akan terus mengikutinya kemana pun dia pergi. Joshep yakin Wulan tak akan berani melaporkan kejadian ini pada siapapun, karena itu hanya akan membuka aibnya sendiri. Kalaupun Wulan berani melakukannya, Joshep sudah menyiapkan sederet ancaman yang akan digunakannya untuk mengintimidasi perempuan yang ia anggap tak tahu diri itu.
   
Satu hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Joshep adalah kematian Wulan malam itu. Kejadian ini sama sekali di luar skenarionya. Apa yang kemudian dilakukannya sama sekali tak terdapat dalam rencananya. Pembuangan mayat Wulan ke sungai itu pun rencana spontan yang sama sekali tak terbetik sedikit pun dalam pikirannya. Joshep memang puas karena bisa melampiaskan dendamnya terhadap Wulan, tapi Joshep sama sekali tidak menginginkan Wulan mati!
   
Joshep meneguk minumannya. Ia merasakan tenggorokannya yang kering mulai basah kembali. Lalu disulutnya sebatang rokok dan dinikmatinya sesaat asap rokoknya dengan pikiran yang masih terus menerawang. Apa sebenarnya yang tengah terjadi ini? Siapa sebenarnya yang membalas dendam? Dia, ataukah Wulan? Dua orang sahabatnya, Hakim dan Rexi telah tewas dalam lingkaran dendam ini, dan Joshep sama sekali tak tahu bagaimana cara Wulan melakukan pembunuhan itu.
   
Kemudian Joshep teringat pada Firdha. Terkutuk perempuan itu! Bagaimana mungkin dia sampai membuka kebohongannya pada Benny? Padahal Joshep telah menyuapnya untuk mengakui kalau dialah yang telah membawa Wulan pada Joshep, dan Joshep juga telah menekankan kepadanya agar menyebutkan bahwa Wulan juga sama seperti dirinya yang bisa dibooking untuk acara kencan. Tapi kemudian Joshep mencoba memaklumi mengingat karakter Benny yang suka main ancam. Si tukang bentak itu pasti tahu bagaimana cara membuat Firdha buka mulut!
   
Joshep mengatupkan rahangnya dengan keras, menahan amarah yang tiba-tiba muncul. Kalau saja Firdha tidak membongkar kebenaran itu pada Benny, pasti kisah cintanya terhadap Wulan juga tak akan diketahui! Dan…brengsek! Kalau dengan Benny saja perempuan itu sudah tak bisa menjaga rahasia, apalagi dengan polisi? Firdha tentu lebih ketakutan menghadapi polisi dari pada menghadapi Benny. Apa saja yang telah diungkapkannya…?!
   
Bersambung ke: Misteri Pembunuhan Berantai (44)