Seorang kakek berusia 70-an mendatangi seorang dokter untuk mengetahui tingkat kesuburan spermanya. Sang dokter mengangguk memahami apa maksud si kakek, kemudian memberikan sebuah botol.
“Bawa pulang botol ini,” kata si dokter, “taruh sperma Anda di dalamnya, lalu bawa lagi ke sini untuk saya hitung jumlah spermanya.”
Si kakek mengangguk dan menerima botol itu.
Besoknya, si kakek datang lagi ke tempat praktek dokter itu, tapi botolnya masih kosong.
“Lho, kenapa botolnya masih kosong, Kek?” tanya si dokter.
“Saya benar-benar menyerah, Dokter,” kata si kakek. Ia kemudian menceritakan, “Kemarin sehabis dari sini, saya sudah mencoba pakai tangan. Tapi tidak pernah berhasil. Kedua tangan saya sampai capek sekali. Lalu istri saya mencoba membantu pakai tangannya, tapi tetap saja tak berhasil. Istri saya juga mencoba membantu pakai mulutnya, tapi juga tak bisa berhasil, Dok. Saya malah sampai minta bantuan istri tetangga untuk ikut membantu. Istri tetangga saya ini juga sudah mencoba pakai tangannya, juga pakai mulutnya, tapi tetap saja tak pernah berhasil.”
Mendengar penjelasan yang panjang lebar itu, sang dokter terkejut sekaligus bingung. “Kok bisa-bisanya Kakek sampai minta bantuan istri tetangga segala...?” tanyanya kemudian.
“Iya, Dok,” sahut si kakek, “masalahnya, tutup botol ini memang sulit sekali dibuka.”