Setiap kali Husni dan Fadli bertemu, mereka selalu saja membicarakan masalah rumah tangga mereka. Seperti hari itu...
“Eh, kalau suatu malam istrimu menolak saat kamu ajak bercinta, bagaimana caramu merayunya?” tanya Husni pada Fadli.
“Aku tak pernah merayu atau membujuknya untuk urusan itu,” jawab Fadli.
“Lalu bagaimana?”
“Aku cuma pindah tidur saja.”
“Pindah tidur bagaimana?”
“Ya pindah tidur ke kamar pembantuku yang seksi itu.”
Perbuatan yang Mulia
Sore itu, sambil minum teh hangat sepulang dari kantor, Dono berkata pada istrinya yang duduk menemani di sampingnya.
“Ma, kau setuju kan, kalau hidup ini perlu tolong-menolong terhadap sesama manusia?” tanya Dono.
“Tentu saja setuju, Pa,” sahut istrinya. “Itu kan perbuatan yang mulia.”
“Mm... begini, ada teman kuliahku dulu yang sampai sekarang belum punya tempat tinggal, sementara dia bekerja di kota ini. Aku ingin membantunya, Ma.”
“Wah, itu memang harus dibantu, Pa,” sahut istrinya dengan pasti. “Aku bangga denganmu, Pa. Selain bertanggung jawab pada keluarga, kau ternyata juga penuh simpati dan memikirkan orang lain.”
“Oh, baguslah,” gumam Dono. “Jadi... kau setuju kalau Dewi mantan pacarku itu diijinkan menginap di rumah kita?”