
Jadi mereka berempat, pikir Hasnan Wibowo setelah memahami seluruh berita di televisi yang ditontonnya. Sebelumnya dia mengira Indra hanya bermobil seorang diri. Tetapi baginya, semua itu tak ada bedanya. Yang jelas, apa yang telah diramalkannya benar-benar menjadi kenyataan. Semua berita di televisi dan di koran-koran yang terbit sesudahnya dengan jelas mengabarkan bahwa artis Indra Gunawan tewas dalam kecelakaan itu.
Biarkan saja berita-berita itu berkobar, pikir Hasnan Wibowo sambil tersenyum. Dan sementara orang-orang di luar sana memberitakan serta menangisinya, dia akan menyimpan bocah terkenal itu di villanya, sambil menunggu kesadarannya pulih kembali.
Hasnan Wibowo memahami, semua kehebohan yang ditimbulkan dari berita itu karena Indra meninggal tepat saat berada di puncak popularitasnya. Semua artis yang dikenang abadi selalu mati pada saat popularitasnya tengah mencapai puncak, dan Hasnan Wibowo tersenyum membayangkan itu. Marilyn Monroe mati saat di puncak popularitasnya. Elvis Presley mati saat namanya menjadi pujaan di seluruh dunia. Curt Cobain mati saat anak-anak muda sedunia menggilainya.
Sekarang Indra Gunawan, salah satu artisnya, juga mati saat berada di puncak popularitasnya. Hasnan Wibowo tahu tak lama lagi akan ada acara pemakaman besar, dengan pelayat berjumlah besar, dan kemudian empat orang artis itu akan dikuburkan dengan iringan tangis duka beribu-ribu penggemarnya. Dan setelah itu, Hasnan Wibowo akan membangkitkan kembali salah satu di antara mereka. Dia akan membuat artis Indra Gunawan hidup kembali.
Makin ia membayangkan rencananya, Hasnan Wibowo merasa semakin bergairah. Dia sudah dapat meramalkan kegemparan macam apa yang kelak akan terjadi jika orang-orang mendapati Indra pujaan mereka hidup kembali, muncul di sinetron lagi.
***
Ternyata sosok tubuh yang ia yakini sebagai Indra itu memang coma. Hasnan Wibowo mengetahui hal itu ketika akhirnya dia memanggil seorang dokter yang ia percaya untuk memeriksa keadaannya. Dia meminta dokter itu untuk tutup mulut atas keberadaan si pasien, serta merahasiakan semua yang ada di villanya.
Dokter itulah yang kemudian menangani perawatan si pasien. Saat diketahuinya pasien itu butuh perawatan yang lebih intensif karena luka-luka di kepalanya, dokter itu pun memanggil seorang perawat untuk membantunya. Maka villa itu pun kini ditempati seorang pasien, seorang dokter, dan seorang perawat. Si perawat pun diminta untuk tutup mulut atas semua yang dilihatnya di villa itu.
Ketika si pasien akhirnya sadar dari coma-nya, Hasnan Wibowo diberitahu kalau pasien itu mengalami amnesia. Benturan yang amat keras menghantam kepalanya saat ia terjatuh, dan mengakibatkan luka yang serius di dalam kepalanya. Bagian memori di otaknya mengalami cedera, dan sampai sekarang pasien itu belum mampu mengembalikan ingatannya.
“Dia mengalami amnesia, kehilangan memori.” Dokter itu menjelaskan pada Hasnan Wibowo. “Ingatan dalam memorinya hilang untuk sementara waktu, namun akan kembali setelah beberapa waktu kemudian.”
“Berapa lama beberapa waktu kemudian itu, Dok?” tanya Hasnan Wibowo.
“Saya tidak bisa memastikannya, Pak,” sahut si dokter. “Masing-masing penderita amnesia memiliki jangka waktu yang berbeda dalam mengembalikan memorinya. Ada yang cepat, ada pula yang lambat. Itu sangat tergantung kondisi otaknya, dan seberapa parah kerusakan memorinya.”
“Berapa lama biasanya waktu yang paling cepat, Dokter?” tanya Hasnan Wibowo lagi.
Sang dokter tersenyum menenangkan. “Ada yang hanya satu minggu sudah mampu mengembalikan memorinya.”
“Dan yang lama?”
“Kadang sampai satu tahun.”
Hasnan Wibowo mengerutkan keningnya.
Baca lanjutannya: Hati yang Memilih (Bagian 99)