Hati yang MemilihFerry tidak tahu berapa jam, atau berapa hari, atau berapa abad, dia terbaring di atas rerumputan itu. Tetapi ketika membuka matanya kembali, dia mendapati sebuah ruangan yang asing, suasana yang asing, suatu kehidupan yang asing. Dia terbaring di atas sebuah tempat tidur, dan mendapati beberapa alat aneh di dekatnya. Alat-alat yang asing. Tempat yang asing. Beberapa saat dia membuka mata, namun kekuatan tubuhnya tak mengijinkannya. Ferry kembali tak sadar.

Beberapa jam atau beberapa hari atau beberapa abad kemudian, Ferry kembali terbangun dari ketidaksadaran, dan matanya kembali terbuka. Sekali lagi ia mendapati semua yang serba asing melingkupi dirinya. Suatu kehidupan yang asing...

Lalu muncul seseorang berpakaian putih datang menghampirinya. Ferry merasakan kehadiran sesuatu yang asing. Siapa orang ini? Di manakah aku...? Tempat apa ini...?

Ferry sempat membayangkan kehidupannya, kematiannya. Apakah dia telah sampai di surga? Atau neraka? Dan siapakah sosok yang kini mendekatinya itu? Tempat apa ini sebenarnya? Di manakah aku...? Siapakah orang itu? Dan yang lebih penting dari semuanya, siapakah aku...?

Ferry merasakan ingatannya telah hilang, memorinya lenyap, otaknya meleleh. Dan ketika pintu ruangan itu terbuka kembali, Ferry melihat sesosok wajah asing yang belum pernah dilihatnya. Wajah itu tampak tersenyum menyeringai ke arahnya. Siapa itu? Wajah siapakah itu...? Apakah itu malaikat maut...?

Ferry sama sekali tidak ingat itu adalah wajah Hasnan Wibowo.

***

Hasnan Wibowo turun dari villanya tak lama setelah kepergian Ferry dan kawan-kawannya waktu itu. Dia juga telah dikabari meninggalnya Doni, salah satu artisnya. Maka dia pun meninggalkan villanya pagi itu, kemudian melaju bersama sopirnya menuju Jakarta.

Karena kabut dan keadaan yang masih gelap, Hasnan Wibowo meminta sang sopir tak terlalu kencang melajukan mobilnya. Lebih dari itu, dia pun ingin menikmati perjalanannya. Pesta ulang tahunnya yang kelima puluh telah berjalan dengan sukses, dan dia merasa bahagia, sekaligus merasakan dirinya semakin muda. Dia tak perlu terburu-buru. Dia ingin menikmati perjalanannya.

Hasnan Wibowo duduk sambil larut dengan pikirannya sendiri, merencanakan banyak hal untuk proyek-proyek produksi yang dibayangkannya, sampai kemudian, tanpa sengaja, mendapati sesosok tubuh yang tengah terbaring tak bergerak pinggir jalan, di atas rerumputan. Apa yang terjadi dengan bocah itu?

Hasnan Wibowo meminta sopirnya menghentikan mobil. Dia turun dan mendekati sesosok tubuh yang tengah terbaring itu. Jantung Hasnan Wibowo berdebar tak karuan ketika mendapati sosok yang terbaring pingsan dengan kepala berdarah itu adalah Indra, salah satu artis kesayangannya. Apa yang terjadi dengan bocah ini? Hasnan Wibowo mencoba menggugah kesadaran tubuh yang pingsan itu, namun Indra tak juga sadar. Dengan dibantu sopirnya, Hasnan Wibowo pun kemudian mengangkat tubuh itu dan membawanya ke dalam mobilnya.

Di saat itulah kemudian dia baru menyadari adanya asap hitam yang membubung tak jauh dari tempatnya berdiri. Hasnan Wibowo tahu ada sebuah jurang di sisi tikungan jalan. Otaknya segera menyimpulkan apa yang telah terjadi, dan hubungannya dengan bocah yang sekarang berada dalam mobilnya.

Hasnan Wibowo segera masuk kembali ke dalam mobilnya, dan memerintahkan sopirnya untuk melaju. Bukan menuju ke Jakarta, tapi kembali ke villanya.

Baca lanjutannya: Hati yang Memilih (Bagian 98)