
Indra sudah menantikannya di ruang tamu dengan perasaan berdebar-debar sejak subuh tadi. Semalaman dia tak bisa tidur. Dan sekarang sebuah sosok yang mirip dirinya tampak berjalan memasuki halaman rumah dengan baju yang agak lusuh. Apakah itu hantu? Atau roh gentayangan? Tetapi ini jam sembilan pagi!
Indra membukakan pintu rumah dengan perasaan tak karuan.
Ferry melangkah menuju pintu, dan Indra berdiri mematung tak mampu bergerak. Ferry tersenyum melihat Indra yang seperti membeku. Saat jarak mereka tinggal tiga meter, Indra tersadar dari keterkejutannya. Dia segera menyongsong saudara kembarnya dengan perasaan tak karuan, dengan jantung yang berdetak tak beraturan.
“Ya Tuhan, Ferry...!!!” pekiknya saat telah yakin sosok yang ada di depannya itu benar-benar Ferry. Kemudian, didorong perasaannya yang meluap-luap, Indra segera memeluknya erat-erat. “Ferry! Kau benar-benar Ferry...! Ya Tuhan...!” Indra pun merasakan air matanya yang tiba-tiba meleleh tanpa bisa ditahannya. Ada berbagai perasaan mengaduk-aduk di dalam dirinya, dan Indra tak bisa menguasai dirinya.
Ferry memeluk saudara kembarnya dengan kerinduan yang sama. Detik-detik berlalu. Kemudian menit demi menit.
Indra berkata parau, “Kau harus menjelaskan semuanya ini...”
“Aku tahu,” jawab Ferry lirih.
Mereka kemudian memasuki rumah, dan Indra berteriak memanggil ibunya yang masih di dapur.
“Maaa, sekarang Mama akan buktikan kalau Ferry benar-benar masih hidup!” kata Indra sambil terus membawa Ferry ke arah dapur.
“Sudahlah Ndraa, kau perlu istirahaaat,” teriak ibunya pula dari dapur.
Ketika Indra sampai di pintu dapur dan menggandeng seseorang di sampingnya, Silvia berdiri membeku. Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka. Sebuah garpu yang dipegangnya terjatuh tanpa disadarinya, dan waktu seolah berhenti berjalan.
“Ya Tuhan, Fer... Ferry...!!!”
Kemudian Silvia terjatuh, pingsan.
***
Di sebuah kantor yang berlokasi di salah satu sudut pusat kota Semarang, Johan—sang pemimpin redaksi tabloid Metro Minggu—sedang bergairah memberikan intruksi kepada para wartawannya. Objek buruan mereka kali ini benar-benar luar biasa, dan eksklusif seperti yang dikatakan Febiola saat tadi malam meneleponnya. Artis Indra Gunawan masih hidup? Johan tahu berita yang akan mereka rilis untuk edisi minggu ini akan jadi berita yang amat menggemparkan.
Selama bertahun-tahun bekerja di belakang penerbitan media massa, Johan selalu tahu mana berita yang akan laku dan mana yang hanya akan menjadi sampah. Dia selalu dapat mengendus berita yang akan menjadi gempar, dan mana yang akan segera basi. Dia telah bekerja mati-matian untuk tabloid yang dipimpinnya ini, dan Johan rela melakukan apapun demi tabloid yang amat dicintai sekaligus dibanggakannya ini.
Dia telah terbiasa bekerja sehari semalam, dan semua orang yang bekerja padanya memahami kalau pimpinan mereka seorang yang gila kerja. Johan selalu bergairah menyusun berita-beritanya, dia selalu merasa horny jika membayangkan wajah tabloidnya yang akan terbit. Bahkan Johan seperti merasakan orgasme jika salah satu edisi tabloidnya memperoleh respon yang bagus dan membuat kegemparan di masyarakat.
Dan berita yang akan dirilisnya sekarang adalah berita yang dapat menjanjikan orgasme seperti yang biasa dirasakannya. Tabloidnya akan menjadi media pertama yang akan menuliskan berita itu. Johan sudah dapat membayangkan bagaimana kelak berita di tabloidnya itu akan di-follow up secara besar-besaran oleh media-media massa yang lain.
Johan sudah tak sabar untuk merasakan orgasmenya.
Baca lanjutannya: Hati yang Memilih (Bagian 95)