Hati yang MemilihKemudian, dengan halus dan runtut, Silvia pun menceritakan kejadian yang sebenarnya. Febiola dengan khusyuk mendengarkan kisah paling mencengangkan yang belum pernah dibayangkannya.

Ya Tuhan, batin Febiola kemudian, Indra Gunawan masih hidup! Artis sinetron yang populer itu ternyata masih hidup! Dan dia, Febiola, telah berkencan dengan Indra Gunawan, bahkan menjenguknya saat dia sakit, juga pernah diantarkan pulang bersama mamanya! Ya Tuhan, Indra Gunawan! Bagaimana reaksi mamanya kelak kalau tahu bahwa putrinya telah berkencan dengan Indra Gunawan yang sangat diidolakannya itu...???

Febiola merasakan dadanya bergemuruh—suatu gelombang perasaan yang belum pernah dirasakannya.

“Jadi...dia benar-benar Indra...yang di kamar itu?” tanya Febiola terbata-bata setelah Silvia menyelesaikan ceritanya.

Silvia mengangguk dan tersenyum maklum saat melihat Febiola tampak terkejut.

Kalau begitu cewek yang tadi datang itu bukan pacarnya, pikir Febiola sambil menerawang. Cewek tadi itu pacar Ferry, dan bukan pacar Indra. Jadi...

Febiola merasakan berjuta bunga yang tiba-tiba tumbuh di hatinya. Tanpa sadar bibirnya tersenyum mengikuti angannya. Bagaimana mungkin aku bisa seberuntung ini...?

***

Malam itu Anisa banyak termenung di tempat kerjanya. Ada sesuatu yang tengah bergejolak di lubuk hatinya yang tersembunyi. Tadi siang saat menjenguk Indra, ia telah bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan lelaki itu. Dan ketika siang tadi melangkah memasuki halaman rumah Indra, Anisa merasakan suatu perasaan déjà vu—ia merasa sedang menemui Ferry. Entah mengapa, Anisa merasakan debar yang sama, getar yang sama, seperti dulu saat ia akan menemui Ferry.

Indra pun rupanya menempati kamar Ferry. Anisa masih ingat dulu ia pernah menjenguk Ferry saat sakit, dan Ferry juga menempati kamar itu. Namun sekarang isi kamarnya telah berubah meski sebagian besar barang yang ada di sana masih sama seperti dulu.

Anisa menikmati saat-saat kebersamaannya lagi dengan Indra. Setelah beberapa minggu ini hubungan mereka memburuk, rasanya menyenangkan saat mereka dapat berbincang kembali seperti dulu, dapat tersenyum dan bercanda kembali seperti semula. Anisa telah membuang semua kemarahan maupun kebenciannya pada Indra. Saat melihatnya terbaring tak berdaya di atas tempat tidur, semua perasaan marah dan benci Anisa musnah seketika.

Tetapi...siapa perempuan yang tadi ditemuinya itu? Anisa seperti merasa tidak suka saat melihat perempuan itu. Dan saat melihatnya tengah tertawa-tawa dengan Indra... Mengapa dia ada di sana? Anisa seperti merasakan... Ya Tuhan, dia segera menyadari dengan gugup. Apakah aku cemburu...?

Tetapi pantaskah dia cemburu? Lelaki yang ada di kamar tadi bukan Ferry, dia sosok yang lain. Pantaskah dia cemburu jika Indra memiliki pacar sendiri?

Anisa merasakan suatu nyeri di hatinya membayangkan itu. Apakah perempuan itu pacar Indra?

Tiba-tiba Anisa merasakan dunianya begitu gelap. Dia seperti baru menyadari bahwa sekarang dia bukan hanya kehilangan Ferry. Dia juga merasa telah kehilangan Indra.

Baca lanjutannya: Hati yang Memilih (Bagian 85)