.jpeg)
Anisa melihat ke arah jam dinding. Sudah jam dua lebih sedikit. Dia lalu masuk ke dalam, dan beberapa saat kemudian tampak buru-buru keluar kembali. Sudah waktunya dia harus berangkat kerja.
“Mau berangkat sekarang?” Indra bertanya perlahan.
Anisa hanya mengangguk. Indra pun keluar rumah dan menuju sepeda motornya. Anisa mengunci pintu rumah, lalu melangkah ke arah Indra yang telah duduk di atas motor.
“Seharusnya kau tak perlu melakukan ini,” kata Anisa tanpa ekspresi.
“Melakukan apa?” tanya Indra tak paham.
“Kau tak perlu mengantarku seperti ini!”
“Tidak apa-apa. Aku senang melakukannya.” Indra menghidupkan mesin motornya. “Aku harap kau tidak keberatan...”
Lalu mereka pun melaju. Anisa duduk di belakang Indra.
***
Malam harinya, Indra tahu dia harus kembali menjemput Anisa. Langit agak gelap, dan Indra hampir yakin malam ini pun hujan akan turun kembali. Maka Indra pun mempersiapkan jas hujan di bawah jok motornya, lalu berangkat ke tempat kerja Anisa saat jarum jam hampir menunjuk angka sembilan.
Karena rasa pusing yang dirasakannya, Indra tak berani cepat-cepat membawa motornya. Saat ia sampai di tempat kerja Anisa, dealer itu baru saja tutup. Anisa tampak keluar dari tempat kerjanya bersama beberapa kawannya. Indra segera mendekat.
Anisa melihat Indra datang, tapi hanya diam sambil mengarahkan pandangannya pada kawan-kawannya yang mulai pulang satu persatu dengan para penjemputnya. Indra menghentikan motornya tepat di depan Anisa berdiri.
Anisa tetap tak bergerak dari tempatnya. Dia masih diam dan sama sekali tak menghiraukan Indra yang telah berhenti di hadapannya.
“Aku datang untuk menjemputmu,” kata Indra.
Anisa mendekati Indra dan berkata, “Aku kan sudah bilang, kau tidak perlu melakukan ini!”
Indra menjawab perlahan, “Aku juga sudah bilang, aku senang melakukannya, dan kuharap kau tidak keberatan.”
Indra menatap Anisa dengan pandangan menunggu. Akhirnya, dengan sedikit ragu-ragu, Anisa pun melangkahkan kakinya dan mendekati sepeda motor Indra. Setelah yakin Anisa telah duduk di belakangnya, Indra pun menjalankan motornya.
Hanya beberapa puluh meter mereka melaju, hujan telah turun. Indra menepikan motor di sebuah trotoar di bawah atap toko, dan menghentikan motornya.
“Aku telah membawa jas hujan,” kata Indra pada Anisa yang kini telah turun dari jok motor. “Kau ingin kita berteduh di sini, atau langsung pulang?”
“Langsung pulang saja,” jawab Anisa dengan masam.
Indra pun mengambil jas hujan, dan sekali lagi Anisa duduk di belakangnya. Dengan agak kaku, Anisa mengangkat jas hujan untuk menutupi tubuhnya. Indra kembali melajukan motor membelah malam, menerobos hujan yang turun semakin lebat.
Mereka sampai di rumah Anisa bertepatan dengan suara guntur yang menggelegar dan langit yang terang sesaat oleh cahaya kilat. Hujan masih deras mengguyur.
“Aku langsung pulang,” kata Indra.
Anisa hanya mengangguk dan bergumam, “Terima kasih.”
Baca lanjutannya: Hati yang Memilih (Bagian 75)