Misteri Villa Berdarah

Aku membenci Heru karena dia begitu mudah mendapatkan cewek manapun yang diinginkannya, dan mungkin tak pernah sedetik pun dia berpikir bahwa itu menyakiti perasaanku. Dengan semua yang ada pada dirinya, Heru dapat melakukan sesuatu yang tak mungkin dapat kulakukan, dan itu membuatku merasa semakin tak berarti...

Mungkin kau menganggapku gila karena membenci mereka dengan alasan-alasan yang terdengar tak masuk akal ini? Mungkin kau menganggapku tak manusiawi karena membunuh mereka hanya karena hal-hal remeh seperti itu? 

Kalau saja kau ada dalam tempatku dan menjalani hidup dalam kehidupan yang pernah kujalani, maka semua alasan yang telah kuajukan itu semuanya masuk akal dan alasan-alasan kebencianku kepada mereka bukanlah alasan-alasan yang remeh, begitupun alasan mengapa aku sampai membunuh mereka...

Komandan Indrawan meletakkan kertas-kertas itu sesaat di atas meja, lalu dengan tangan yang sedikit gemetar disulutnya rokoknya. Kemudian dengan dahi yang berkerut, diambilnya kembali kertas-kertas itu sambil menghembuskan asap rokoknya, dan kembali dibacanya...

Rencana pembunuhan itu muncul dan semakin matang saat aku diminta Ricky untuk membersihkan villa miliknya ini untuk acara kami menyambut malam tahun baru. Aku, Edi dan Ricky datang ke villa ini dua hari sebelum tahun baru, dan aku kemudian ditinggalkan sendirian untuk membersihkan villa ini. Tanpa sengaja, ketika Edi sedang keluar membelikan makanan dan minuman, Ricky melontarkan niatnya untuk mengerjai kawan-kawan kami dengan suatu atraksi yang menegangkan seperti yang pernah ditontonnya di film-film horor. 

Rencananya, pas pergantian tahun baru tiba, ketika kami telah berkumpul semua, aku diminta Ricky berpura-pura mati dengan sebab yang tak jelas, lalu aku akan diletakkan di kamar yang ada di ruang belakang. Ricky merencanakan, begitu aku telah diletakkan di kamar belakang, aku harus mematikan sekering listrik yang ada di sana agar lampu villa menjadi padam. Sekering itu kebetulan ada di kamar belakang, dan itulah mengapa aku harus dibawa ke sana. 

Saat lampu padam itu, Ricky akan keluar untuk mengambil lilin yang ada di mobilnya, sambil mengunci pintu villa tanpa diketahui kawan-kawannya. Dan setelah lilin-lilin menyala serta pintu villa telah terkunci, aku diminta menampakkan diri di hadapan kawan-kawan kami dengan tujuan agar mereka semua menjerit-jerit ketakutan karena menyangka aku roh gentayangan. 

Menurut Ricky, itu pasti akan menjadi sesuatu yang sangat menegangkan dan tak akan pernah dilupakan kawan-kawan kami seumur hidup mereka. Aku menyetujui rencana itu, namun aku juga punya rencana sendiri. Dan dari situlah rencana pembunuhanku semakin menjadi matang, dan hasrat yang tersembunyi di dalam diriku seolah menemukan jalan keluar pelampiasan. Selama dua hari berada di villa ini seorang diri, aku mempelajari seluruh ruangan yang ada di sini, dan mulai mempersiapkan segala sesuatu yang kubutuhkan untuk membunuh semua kawanku.

Malam itu, seperti yang telah direncanakan Ricky, aku berpura-pura mati setelah meminum sesuatu dari gelas. 

Tetapi ada sedikit persoalan, karena malam itu tanpa sengaja ada pergantian tempat duduk yang di luar rencana kami. Akibatnya, begitu aku diyakini telah mati dan Ricky memerintahkan agar aku dibawa ke kamar yang ada di ruang belakang, Jefry ngamuk-ngamuk dan mengira kalau ada seseorang yang berkeinginan meracuni pacarnya. Aku mendengar semua ribut-ribut itu dari dalam kamarku. 

Aku beruntung saat kawan-kawanku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut seperti yang diperintahkan Ricky. Dengan begitu, aku bisa terpejam atau membuka mataku dengan leluasa tanpa takut dipergoki seorang pun dari mereka. Mungkin mereka juga menutupi wajahku dengan selimut karena mereka ketakutan melihat ekspresi wajahku yang sengaja kubuat mengerikan. Aktingku rupanya berhasil membuat mereka percaya, dan ternyata mereka benar-benar yakin kalau aku telah mati.  

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (66)