Misteri Villa Berdarah

Jefry tak punya alasan untuk menolak. Maka mereka pun kembali mengulangi menggotong tubuh Nirina dan dibawanya pula ke kamar itu. Dibaringkannya tubuh Nirina di sisi tubuh Renata yang sama-sama pingsan. Sebuah lilin menyala ditempatkan di atas meja di dekat springbed untuk memberi penerangan kamar itu. Sesaat kemudian mereka berdiri di dekat springbed sambil saling berpandangan dengan bingung.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Heru dengan letih.

“Aku merasa kepalaku nyaris pecah, Her,” kata Jefry dengan sama letihnya. Ia kemudian berkata dengan ragu-ragu, “Bagaimana kalau...kalau kita ambil bir yang dibawa Ricky...untuk membantu mengendurkan syaraf tubuh kita...”

Heru menyetujui usul itu. Sejak tadi dia juga merasakan seluruh syaraf tubuhnya hampir pecah berantakan karena diserang ketegangan demi ketegangan. Mungkin beberapa teguk bir cukup untuk membantu mengendurkan kembali ketegangan urat syarafnya. Maka mereka pun keluar dari dalam kamar itu dan mencari bir yang tadi dibawa Ricky.

“Oh, God!” seru Heru tiba-tiba. “Cheryl...”

Jefry terperanjat. “Ya ampun, kenapa kita bisa lupa sama dia...?!”

Maka kini mereka pun menggunakan dua batang lilin untuk mencari keberadaan Cheryl. Namun kemana pun mereka mencari, Cheryl tak dapat ditemukan. Heru dan Jefry memeriksa kamar-kamar, namun isi semua kamar tak ada yang berubah. Di kamar mandi tak ada Cheryl, bahkan tak ada bekas-bekas keberadaannya. Jefry sempat terpekik saat melihat mayat Ricky yang ada di dekat kamar mandi. Di dapur juga mereka tak menemukan Cheryl selain hanya mayat Edi yang sekali lagi membuat Jefry terpekik ngeri.

“Dimana dia?” bisik Heru dengan penuh khawatir. Lalu dipanggil-panggilnya nama Cheryl dengan panik. “Cheeeer...! Cheryl...! Cheeeeeerr...!”

Tapi tak ada sahutan apapun. Cheryl seperti lenyap ditelan bumi.

“Mungkinkah dia keluar dari villa ini?” tanya Jefry dengan bingung.

“Lewat mana dia keluar?” tanya Heru dengan bingung.

Mereka lalu kembali beranjak untuk memeriksa ruang depan. Namun saat Heru melangkah memasuki ruang tengah kembali, matanya mendapati bercak-bercak air yang menggenang di atas lantai. Didekatkannya lilinnya pada bercak air itu, dan Jefry ikut memperhatikannya.

“Mungkin bekas air minum kita yang tumpah,” kata Jefry sambil memandangi genangan air yang nampak bening itu.

Tetapi Heru punya pikiran lain. Seketika kepalanya menengok ke atas dan dia langsung terpekik. “Cheryl...!!!”

Jefry mengikuti arah pandangan Heru dan dia ikut terpekik ngeri saat menyaksikan salah satu eternit di atap telah terbuka dan tubuh Cheryl tergantung-gantung dengan seutas tambang besar berwarna gelap yang nampak melilit lehernya.

Heru bangkit dari jongkoknya, lalu berdiri menyaksikan keadaan tubuh Cheryl. Ia sedang memikirkan cara untuk menurunkan tubuh Cheryl, namun pikirannya seketika buyar ketika melihat wajah Cheryl yang tergantung. Wajah itu nampak begitu mengerikan. Lidahnya terlihat terjulur keluar, dan kedua matanya nampak melotot memandanginya...

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (56)