Misteri Villa Berdarah

Renata tak menolak ketika Jefry membimbingnya untuk memasuki salah satu kamar yang telah dibersihkan semua oleh Aryo. Tetapi baru saja Jefry membuka pintu kamar, terdengar suara ledakan yang amat keras di luar villa.

“Apa itu?” tanya Nirina spontan.

“Sepertinya suara kembang api,” jawab Heru sambil bangkit dari duduknya. Cheryl segera ikut bangkit dari kursi dan lalu mengikuti Heru yang beranjak ke ruang depan.

Di depan teras villa, Heru dan Cheryl menyaksikan kembang api yang memecah begitu indah di langit malam yang gelap. Heru menengok jam di tangannya. Jam dua belas tepat.

“Indah sekali,” gumam Cheryl sambil memandangi percikan-percikan bunga api yang sepertinya tak habis-habisnya memecah di langit.

Ricky, Nirina, dan Aryo juga telah berdiri di dekat mereka, dan juga terpesona dengan pemandangan itu. Bahkan Renata bersama Jefry pun telah berdiri di sana memandangi langit yang kini dihiasi dengan percikan kembang api yang begitu indah menyambut datangnya tahun baru.

“Siapa ya yang menerbangkan kembang api itu?” gumam Nirina dengan heran karena sepertinya kembang api itu diterbangkan tak jauh dari lokasi villa itu.

“Mmmungkin...aa-aanak-anak ppe-pecinta aa-aaalam!” sahut Aryo. Selama tinggal sendirian di villa itu, Aryo beberapa kali mendapati rombongan-rombongan pecinta alam yang kelihatannya membangun perkemahan di lokasi dataran tinggi itu.

“Iya,” sambung Ricky, “biasanya memang banyak pecinta alam yang berkemah di daerah sini untuk menyambut tahun baru.”

Percikan-percikan kembang api di langit itu perlahan-lahan mulai menipis dan hilang, namun kemudian disusul dengan ledakan bunga api yang lain. Sekali lagi langit dihiasi oleh percikan-percikan bunga api yang berwarna-warni indah menghiasi kegelapan di atas sana. Ricky dan kawan-kawannya tetap berdiri di teras villa menikmati keindahan itu.

“Selamat tahun baru, Sayangku,” bisik Ricky sambil memeluk bahu Nirina di sampingnya.

Nirina tersenyum sambil menatap wajah kekasihnya.

Di dekat pintu villa, Renata menatap Jefry di sebelahnya, lalu berbisik, “Jef, selamat tahun baru, ya...”

“Aku senang bisa menikmati malam tahun baru di sini bersamamu, Ren,” sahut Jefry sambil menggenggam tangan kekasihnya.

Di ujung teras, Heru berkata pelan pada Cheryl, “Aku harap kamu bahagia menikmati tahun baru bersamaku...”

“Seperti yang kamu lihat, aku bahagia sekali,” jawab Cheryl dengan manis.

Aryo yang berdiri sendirian di bagian samping teras tiba-tiba seperti teringat kalau Edi tidak ada di tengah-tengah mereka.

“Ee-edi kkke-kemana?” tanyanya dengan bingung.

“Mungkin sudah masuk ke dalam,” sahut Ricky yang berada paling dekat dengan Aryo. Sementara Nirina langsung melengos dengan jengkel karena merasa suasana kemesraannya dengan Ricky terganggu oleh Aryo.

“Tapi Edi sepertinya tidak keluar sejak tadi, Rick,” kata Jefry di ambang pintu villa. Semenjak ia berdiri di sana, Jefry tidak melihat Edi keluar dari dalam ruangan.

“Biar saja, mungkin dia tertidur karena capek,” ucap Heru.

Percikan-percikan bunga api di langit semakin menipis dan habis, dan beberapa saat mereka menunggu namun tak ada ledakan kembang api susulan. Langit malah menurunkan gerimis. Maka perlahan-lahan mereka pun masuk kembali ke dalam ruangan villa. Heru yang masuk paling akhir tak lupa menutup pintu depan.

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (45)