Misteri Villa Berdarah

“Kenapa dia?” tanya Edi pada Jefry setelah Heru berlalu.

“Ribut sama Rino!” jawab Jefry langsung.

Edi langsung ngakak-ngakak. “Biar tahu rasa tuh anak! Kemarin sudah aku kasih tahu, jangan dekat-dekat dengan piaraan monster itu, sekarang dia tahu sendiri akibatnya!”

Di kamar kecil, Heru membasuh wajahnya dengan air, dan kemudian bercermin untuk memeriksa wajahnya. Sekali lagi dia mengutuk kawan-kawannya. Ternyata hanya ada sedikit lebam di pipi atasnya yang tak terlalu kelihatan mencolok. Mungkin mata kawan-kawannya memang telah diganti dengan sinar X, pikir Heru dengan jengkel.

Sambil memperhatikan wajahnya yang kini dinodai sedikit lebam itu, Heru kembali teringat dengan ancaman Rino. Tapi dia sama sekali tak takut. Lagi pula, ia tahu kalau hubungannya dengan Cheryl tak akan lama. Aku hanya butuh cewek itu untuk malam tahun baru ini, dan setelah itu, biarkan si Rambo mengambil ceweknya kembali!

Dan soal ancaman pembunuhan yang dilontarkan Rino, Heru pun sama sekali tak mau memasukkannya ke hati. Dia mencibirkan bibirnya ke cermin di hadapannya. Memangnya dia hidup di hutan?! Tidak sembarangan bunuh orang!

***

Di dalam kamarnya, malam itu, Cheryl sedang asyik membaca novel ketika ponselnya berbunyi. Diraihnya ponselnya, dan dilihatnya nama Rino di screen ponselnya.

“Malam, Honey,” sapa Cheryl dengan mesra seperti biasa.

“Cher, aku dengar kalau kamu punya rencana bertahun baru bersama Heru,” labrak Rino langsung meski dengan suara yang pelan. “Benar tidak?”

“Kamu dengar dari siapa sih, Rin?” Cheryl masih mencoba mengelak.

“Jawab saja, benar apa tidak?”

Cheryl tahu bagaimana menghadapi setiap cowok, dan dia pun tahu bagaimana menangani amukan pacarnya. “Bagaimana kalau tidak?”

“Benar?” Rino ingin memastikan.

“Dan bagaimana kalau ya?”

“Cheryl...!”

“Rino...!”

“Cher, serius, please. Aku butuh kepastian kalau kamu tidak ada acara apapun dengan si Komodo itu.”

“Aku tidak ada urusan apa-apa dengan komodo manapun, Rin!” jawab Cheryl sambil tersenyum. Aku hanya sedang berurusan dengan Heru!

Segarang apapun, Rino memang selalu tak mampu galak ketika menghadapi Cheryl. Dia begitu mencintai cewek itu dan dia seringkali lebih suka mengalah daripada berisiko kehilangan Cheryl. Karenanya yang kemudian ia katakan hanyalah ucapan pelan, “Aku tidak suka kalau kamu ada hubungan dengan Heru.”

“Aku tahu,” jawab Cheryl tanpa dosa.

Rino masih mencoba mengejar lagi, “Dan bagaimana dengan acara malam tahun baru?”

“Aku ada acara dengan beberapa kawan.”

“Tidak bersama Heru?”

“Kalau itu maumu.”

“Cher, dengar, kalau kamu tetap bersama Heru, aku pasti tahu dan aku pasti tidak akan tinggal diam.”

“Rin, dengar, kalau aku bersama Heru atau tidak, kenapa kamu tidak percaya sama aku?”

Itu adalah kata-kata yang terdengar enak di telinga tapi sulit dipahami maksudnya. Dan Rino sudah berkali-kali menghadapi bahasa seperti itu dari bibir pacarnya. Dia tidak bisa lagi mendebat kalau tak mau terdengar bodoh karena dia sendiri bingung apa maksud kata-kata itu. Akhirnya Rino pun hanya bergumam jengkel, “Oke, aku percaya sama kamu. Tapi...”

“Tentu saja tak pakai ‘tapi’,” sela Cheryl dengan manis, “aku tidak butuh kepercayaan yang bersyarat.”

Dan Rino pun kalah.

Cheryl meletakkan ponselnya kembali dengan bibir yang tersenyum.

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (32)