Misteri Villa Berdarah

Renata mendesah dengan kesal. Kalau saja dulu Jefry tidak sampai menggunakan cara yang kasar saat menyelesaikan masalah itu... Ingatan Renata kembali pada peristiwa tiga hari yang lalu, ketika ia mendapati sepasang mata tengah menatapnya di balik rak buku di perpustakaan, ketika ia tanpa sengaja melihatnya saat mengambil sebuah buku tebal di rak dan mendapati sepasang mata itu di sana... Setiap kali mengingat hal itu, Renata merasakan perasaannya tidak pernah tenang.

Peristiwa di perpustakaan itu bukanlah yang pertama kali. Beberapa kali sebelum itu Renata pun sudah beberapa kali memergoki sepasang mata itu memandanginya. Namun selama itu Renata tak pernah berpikir macam-macam karena ia hanya mengira itu hanyalah sesuatu yang biasa. Setiap orang menyukai memandangi cewek cantik, begitu kata Jefry tadi. Tapi saat ia memergoki sepasang mata itu di balik rak perpustakaan, tiga hari yang lalu, Renata mulai merasakan perasaannya tak pernah tenang setiap kali mengingatnya. Sepasang mata di balik rak buku yang dilihatnya itu bukanlah sepasang mata yang memandanginya dengan tatapan yang biasa. Itu adalah tatapan penuh dendam dan kebencian...

***

Di kampusnya, Heru terkenal sebagai salah satu aktivis mahasiswa, sekaligus juga aktivis mahasiswi. Apabila ada persoalan menyangkut ketidakberesan atau ketidakadilan yang menimpa mahasiswa di kampusnya, maka Heru akan menjadi salah seorang yang kritis sekaligus aktif dalam mengurusnya bersama kawan-kawannya sesama aktivis.

Begitu pun halnya jika ada mahasiswi baru yang cantik yang tengah menjadi bahan pembicaraan di kampus, Heru pun akan menjadi salah satu orang yang aktif dalam ‘mendiskusikan’ dan ‘mewacanakannya’. Beberapa kali ia terdengar menjalin hubungan dengan seorang mahasiswi, namun kabar kelanjutan dari hubungan itu tak pernah jelas. Heru sepertinya tak pernah bisa melanggengkan hubungannya dengan setiap mahasiswi yang pernah dekat dengannya.

Dan sekarang aktivis kampus yang juga playboy itu tengah aktif mendekati Cheryl, salah satu mahasiswi adik angkatannya yang kecantikannya juga menjadi buah bibir di kalangan kampusnya. Heru telah berkenalan dengan Cheryl, dan beberapa kali mereka juga pernah keluar bersama untuk makan malam. Dan Heru menginginkan Cheryl saat ini karena ia membutuhkan pasangan untuk menikmati malam tahun baru di villa milik Ricky yang telah direncanakannya bersama kawan-kawannya.

Siang itu pun, Heru tengah menanti keluarnya Cheryl dari dalam kelasnya. Tadi pagi Heru sudah menjanjikan untuk mengantarkan Cheryl pulang kuliah. Heru baru menyulut rokoknya ketika Edi menghampirinya.

“Menunggu gacoanmu?” sapa Edi saat sampai di dekat Heru yang duduk santai di depan kelas Cheryl.

Heru hanya tersenyum sambil menghembuskan asap rokoknya. “Kamu mau pulang?” tanya Heru kemudian.

Edi mengangguk. Setelah terdiam sesaat, ia kemudian memasang muka serius dan berkata perlahan, “Her, kamu tidak tahu kalau Cheryl sebenarnya sudah bertunangan dengan seseorang?”

Heru menatap kawannya dengan cuek. “Apa urusanku?”

“Hei, maksudku, kamu toh tidak bisa mengajak kencan tunangan orang lain seenaknya saja, kan?”

Heru tertawa. “Kalau dia mau, kenapa tidak?”

“Sinting!” rutuk Edi. “Kamu tidak tahu siapa tunangan Cheryl?”

“Siapa?”

“Rino, mahasiswa semester akhir itu.”

Heru menatap Edi lekat-lekat. Dia juga tahu siapa Rino, salah satu kakak angkatannya di kampus yang kini mungkin tengah menggarap skripsinya. Cowok itu dulu juga menjadi panitia ospek ketika Heru dan kawan-kawannya baru masuk ke kampus mereka, dan pada waktu ospek itulah Heru pertama kali mengenal sosok Rino. Dia juga mengenal Rino sebagai sosok brangasan yang cukup ditakuti di kampus mereka.

Bersambung ke: Misteri Villa Berdarah (16)