Misteri Pembunuhan Berantai

DENGAN membawa mobil milik Om Herman, Firdha melaju di atas jalanan yang mulai sepi karena malam hampir menjadi pagi. Sepanjang acara kencannya dengan Om Herman, baru kali inilah Firdha sampai meninggalkannya. Kalau saja bukan Joshep yang memanggilnya, Firdha pasti takkan sudi bersusah payah seperti ini. Tapi ingatan tentang Joshep selalu membuat Firdha juga teringat pada uang. Uang dalam jumlah yang sangat banyak.

Selain itu, Joshep juga mengingatkannya pada ancaman. Pertemuan terakhirnya dengan Joshep juga diakhiri dengan ancaman kalau Firdha sampai gagal mengelabui polisi. Dan Firdha yakin cowok itu pasti bisa melakukan apapun dengan uangnya. Karena itu, Firdha pun berusaha memenuhi keinginan Joshep malam ini. Selain karena uangnya, juga karena ancamannya. Apa yang diinginkan Joshep kali ini?

Mungkin Joshep ingin tahu apakah dia telah dihubungi oleh polisi? Firdha tersenyum kecut mengingat kebodohannya dalam mengelabui polisi yang mendatanginya tempo hari. Tapi Firdha bisa saja membohongi Joshep dengan mengatakan semuanya beres. Dan ia akan meminta uang kembali, dan Joshep pasti tak akan keberatan. Dia telah menjadi mesih uang baru bagi Firdha!
   
Jembatan Hilir terlihat sepi seperti biasa. Ada beberapa mobil yang terparkir di sekitar bibir jembatan, tapi tak nampak penumpangnya. Mereka pasti tengah berasyik-masyuk dalam mobil-mobil itu. Firdha melambatkan laju mobilnya dan berusaha mencari mobil milik Joshep.
   
Di salah satu ujung jalan, nampak mobil Panther warna merah tua milik Joshep yang parkir sendirian. Firdha pun mengarahkan mobilnya mendekati mobil Joshep. Dia lalu menghentikan mobilnya begitu tepat di hadapan mobil Panther itu. Dan begitu Firdha mematikan mesin mobilnya, Joshep langsung membukakan pintu mobilnya. Firdha tahu itu tanda bahwa dia diminta masuk ke dalam mobil Joshep. Firdha pun menurut. Dia keluar dari dalam mobilnya, lalu melangkah menuju mobil Joshep di hadapannya.

Tanpa ada perasaan apa-apa, dia pun masuk ke dalam mobil itu. Joshep yang duduk di belakang stir sedang menjulurkan kepalanya keluar melalui jendela, seperti sedang memeriksa keadaan di sekitarnya. Firdha langsung menarik pintu dan menutupnya kembali begitu dia telah duduk di jok mobil Panther itu.

Firdha terpekik kaget saat menengok ke arah Joshep yang duduk di sebelahnya. Dan sebelum dia sempat mengeluarkan suara apapun, sebuah pisau yang tajam langsung menghunjam perutnya berkali-kali hingga darah memercik keluar membasahi jok, dashboard dan lantai mobil. Firdha menghembuskan napas terakhirnya dengan membawa sebuah tanda tanya besar dalam otaknya…

Bersambung ke: Misteri Pembunuhan Berantai (47)